Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)

Martha Z. ElKutuby
Chapter #33

Salju Pertamaku di Sorbonne

Tak terasa sudah semakin mendekati puncak musim salju di Sorbonne. Semakin hari semakin dingin. Kali ini menembus minus 17 derajat celcius. Memang cuaca akhir-akhir ini sangat ekstrim. Namun, semua aktifitas selalu berjalan lancar.

“Kamu mau makan bareng aku, Kay?” Ahmed mengejutkan Kayla di taman hijau samping kampus.

“Mau makan dimana?” tanya Kayla sambil memandangi bukunya.

“Adakah yang ingin kamu makan di siang yang dingin ini?”

“Aku ingin menghangatkan badanku.”

“Ke kafe, yuk!”

“Oke.”

Seketika Kayla menutup bukunya dan berjalan menuju kafe yang ada di sekitar kampusnya. Mereka menuju Zigzag Cafe yang biasanya mereka memesan kopi panas khas Prancis. Café au lait!

***

Bon après-midi Pouvons-nous vous aider?99” sapa pelayan kafe.

Nous voulons commander deux tasses de café au lait!100” balas Kayla.

“Kamu tidak makan?”

“Nanti saja! Masih belum bisa makan.”

Ok! Ça suffit. Je vous remercie,101” balas Ahmed kepada pelayannya.

Ok!”

Selesai memesan kopi khas Prancis, mereka berbincang seputar kuliahnya masing-masing. Kadang tertawa, kadang juga terdiam. Namun, kali ini Kayla terlihat berbeda.

“Aku merasa kamu sangat berbeda hari ini.”

“Maksudmu?” tanya Kayla mengernyitkan keningnya.

“Ya. Kamu terlihat bahagia di kafe ini? Adakah sesuatu yang membuatmu bahagia?”

“Oh. Tidak! Aku merasakan nyaman disini. Seperti aku sangat dekat dengan seseorang.”

“Maksudmu? Ehm..!”

“Ya. Aku merasa ada orang yang sangat ku sayangi disini. Apakah kamu tak tahu?”

Ahmed hanya memendam perasaannya dalam-dalam. Sejujurnya, dia mulai jatuh cinta dengan Kayla. Hanya saja dia selalu menyembunyikan hal itu. Baginya, Kayla perempuan mahal yang harus didapatkan dengan cara yang mahal pula. Dia juga memikirkan tentang permintaan Mustafa untuk membujuk Kayla pelan-pelan untuk kembali ke Indonesia.

“Oh ya?”

“Ya. Rasanya ada Kak Hani disini.”

“Oh. Sepertinya begitu!” Ahmed kembali dengan wajah biasa.

“Kamu kenapa?”

“Tak apa-apa! Santai saja!”

“Aku merasakan ada sesuatu yang kamu simpan.”

“Hayooo. Aku menyimpan apa?” canda Ahmed.

“Ah. Kamu bisa saja...! Haha.”

Ahmed terlihat salah tingkah. Dia belum berani mengungkapkan rasanya yang sudah tersimpan lama dihatinya. Malaikat dan setannya masih berkecamuk di alam pikirannya. Dia merasa bingung harus mengikuti Mustafa atau tidak.

***

Praakk...

“Auwh...!” aku mengaduh dan gemetar setelah menabrak satu pelayan kafe.

Seorang pelayan disamping langsung menenangkanku ke belakang. Yang lainnya membersihkan sisa kaca cangkir kopi yang akan diantar ke meja Kayla. Aku kaget kalau ada Kayla disini.

“Quoi de neuf?102 Chef Phillip berlarian dari ruangannya.

“Hanifa m'a frappé. Deux tasses de café au lait sont tombées, chef!103 jelas seorang karyawan.

“Quelqu'un est-il blessé?104

“Non, Chef!105 aku menjawab dengan gemetaran.

“Calme-toi, Han!106

Chef Phillip menenangkanku yang terduduk di ruang karyawan di belakang Zigzag Cafe ini. Chef Phillip mencoba keluar untuk menenangkan pengunjungnya. Tak terkecuali Kayla dan Ahmed.

Lihat selengkapnya