Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)

Martha Z. ElKutuby
Chapter #35

"Ham, Tu Es Lá?"

Salju hari ini membuat Kayla sedikit cemas. Hanya saja Kayla selalu mengenakan jaket kesayangannya yang sengaja dikirim Papanya dari Indonesia. Papanya sangat menyayanginya. Namun, dia menyimpan sedikit kesal kepada Papanya. Dia tidak memikirkan lagi apapun yang menjadi beban pikirannya. Saat ini, dia masih penasaran dengan kejadian yang menimpanya kemarin di Zigzag Café.

Ham, tu es lá?111

“Ada apa, Kay?”

“Aku bertanya, kamu dimana?”

“Aku sedang di Apotik.”

“Kamu sakit?”

“Oh, nggak! Hanya beli minuman penghangat tubuh yang sehat disini.”

“Suaramu berbeda.”

“Bedanya dari mana, Kayla? Udah buruan, ada apa? Ada yang bisa ku bantu?”

“Oh ya, bisa bertemu aku nanti di Le Duc Café?”

“Oh, oke. Tunggu disana, ya?”

“ Oke.”

Kayla membuat janji dengan Hamzah. Dia ingin belajar memecahkan masalahnya yang di Zigzag Café kemarin siang. Buatnya, Ahmed hanya sebatas sahabat baik. Hamzah lebih mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai.

***

Suasana Le Duc Café saat itu memang sedikit sepi. Musim salju membuat orang-orang sekitar sana lebih memilih untuk menghangatkan tubuhnya di rumah masing-masing. Dengan secangkir kopi atau teh hangat akan membuat satu keluarga berkumpul menjadi satu. Musim salju saatnya berkumpul dengan orang-orang yang dicintai. Bukan untuk Hani.

Aku masih mendekam di rumah sakit dengan alat-alat kesehatan yang masih menempel di tubuhku. Sesekali aku menangis karena mengenang kebersamaanku dengan Kayla. Bahkan, saat-saat berjuang bersama untuk mendapatkan beasiswa studi ke luar negeri.

“Aku tak bisa begini terus. Aku harus kuat. Aku harus bisa menguatkan semua badanku. Aku tak boleh menyerah. Bangkit, Hani!”

Jatuhan salju terus menyelimuti jendela kamar rawat inapku. Semuanya sudah putih. Seputih hatiku yang saat itu merasakan kehilangan. Aku kaget melihat Kayla di Zigzag Café kemaren. Walaupun aku bahagia namun aku tidak bisa memeluk Kayla seperti biasanya. Aku hanya bisa menyaksikan senyum Kayla dari jauh bersama Ahmed.

Aku sudah sedikit bahagia bisa melihatnya tersenyum. Sudah beberapa bulan sejak dia ke Sorbonne, aku tak pernah melihat senyumnya. Kemarin aku dipertemukan Allah untuk melihatnya. Alhamdulillah!

Tetap saja airmataku jatuh. Bersama kursi roda yang ku duduki. Aku berbicara dengan salju sore itu. Hingga malam menjelang. Aku masih di depan jendela yang disediakan meja untukku menulis kenanganku dengan Kayla.

Rudi yang dari tadi hanya memandangiku sendu. Aku sama sekali tidak fokus mengerjakan liputanku selanjutnya. Aku sudah minta cuti istirahat beberapa waktu lalu ke media tempat aku bekerja.

Masih dihiasi sedih. Rudi membalikkan tubuhnya. Duduk di kursi tunggu ruang inapku. Dia sudah paham kalau aku butuh waktu untuk menyendiri.

***

“Aku kemarin kecelakaan kecil di Zigzag Café. Bukan aku juga sih yang kecelakaan. Tapi, ada sesuatu yang tersembunyi disana. Sepertinya, apa yang ku cari ada disana.”

“Maksudmu? Oh, maaf. Kalau boleh tahu, kamu mencari siapa?”

“Kakakku!”

Lihat selengkapnya