Satu Langit Dua Cerita (Kosakata Cinta di La Sorbonne)

Martha Z. ElKutuby
Chapter #36

Detik-detik untuk Hamzah

Ruangan segiempat yang bercat putih itu cukuplah menggambarkan bagaimana sebenarnya isinya. Dr. Khan sibuk dengan pengecekan Hamzah yang sudah beberapa hari kelelahan. Sepertinya, dia terlalu sibuk dengan tugas kantornya.

“Kamu bisa berdiri?” dr. Khan mengajak berdiri.

“Semua persendian saya sakit, Dok!”

Penjelasan Hamzah cukup membuat dr. Khan mengangguk paham. Ada beberapa gejala yang mungkin memperparah kondisi Hamzah saat itu. Namun, dia masih kuat untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Termasuk, bekerja sehari-hari.

Dr. Khan memberikan resep dan surat perintah MRI dan X-Ray. Hamzah dan Kayla langsung ke bagian Radiologi untuk menjalani MRI dan X-Ray. Menyusuri lorong rumah sakit yang kadang sepi dan juga ramai pengunjung.

Hamzah memang pernah dirawat dua bulan yang lalu karena cedera tulang dan meningitis. Namun, sudah membaik. Saat ini, penyakitnya semakin parah. Kayla tak pernah mengetahui sebelumnya siapa Hamzah dan hanya bertemu di atas pesawat saat berangkat ke Sorbonne.

“Kamu khawatir hari ini, Ham?”

“Sedikit begitu!”

“Lupakanlah!”

Kayla tiba-tiba menceritakan tentangku yang punya penyakit Jantung. Aku tak pernah menyerah ketika diperiksa dan juga berobat. Kayla selalu menemaniku. Saat ini, Kayla tidak tahu aku dimana. Terakhir, aku tak bisa dihubungi ketika dia akan berangkat ke Sorbonne. Dia sedih sekali.

“Oh ya? Aku sudah bosan, Kay!”

“Bukankah ikhtiar itu penting dibandingkan dengan keluhanmu?”

“Ya. Aku paham. Maaf!” Hamzah hanya menunduk.

Tak lama selesai MRI dan X-Ray, hasilnya pun keluar juga. Mereka langsung kembali ke dr. Khan untuk menunjukkan hasil dari radiologi.

***

“Bagaimana, Dok!” Kayla tidak sabar untuk menunggu penjelasan dr. Khan.

Dr. Khan memperhatikan semua hasil dari radiologi itu. Terlihat kepalanya menggeleng-geleng tanda kurang baik. Hamzah semakin parah. Dia harus dirawat intensif. Dr. Khan menyarankan untuk dirawat di rumah sakit saja.

“Apa? Meningitis?”

“Ya. Dia harus dirawat beberapa hari disini. Saya akan lakukan perawatan intensif dan harus serba steril.”

“Jangan, Dok! Saya tidak akan mau lagi dirawat,” Hamzah menyela perkataan dokter.

“Saya mau ingatkan kamu. Kamu harus berjuang. Bukankah dulu kamu pernah punya mimpi untuk keliling dunia dengan orang kamu cintai? Kamu harus kuat.”

“Tapi, saya hanya sendirian disini. Apakah dokter tak pernah merasakan kalau orangtua saya pun tidak peduli?”

Je sais, Ham!112 Tapi, kamu harus dirawat.”

“Aku akan temani kamu. Jangan takut!” Kayla langsung memotong pembicaraan dr. Khan dan Hamzah.

“Sudahlah, Kay! Tugasmu disini itu kuliah dan nanti kembali ke Tanah Air untuk membahagia orangtuamu. Kamu harus bahagia.”

“Itu bukan urusanmu. Percayalah padaku.”

Hamzah hanya terdiam. Beberapa suster sudah diperintahkan untuk menyiapkan satu kamar khusus untuk perawatan Hamzah. Tak tahu beberapa bulan lagi akan dirawat. Saat ini dia hanya ditemani Kayla.

“Aku hanya bisa menemanimu keseharian. Untuk lebih dari itu, aku akan minta penjagaan suster laki-laki di sini.”

J'ai compris!113

***

“Apakah kamu masih dendam dengan orangtuamu?” Kayla memecahkan keheningan ruangan rumah sakit.

Lihat selengkapnya