Meja makan sederhana itu kini di penuhi aroma gurih. Tiga mangkuk mi instan mengepulkan uap, mengundang selera. Rahma meletakkan mangkuk-mangkuk itu dengan hati-hati. Mangkuk yang sedikit lebih besar di tengah untuk Intan, mangkuk kecil di sampingnya untuk Bunga dan mangkuk terakhir dengan porsi yang selalu terasa paling sedikit untuk dirinya sendiri.
Rahma, “Nah, sudah siap semuanya. Jangan lupa baca doa dulu ya, Nak.”
Intan dengan memejamkan mata sebentar, “Aamiin.”
Bunga menirukan Intan meskipun doanya hanya gumaman tak jelas namun penuh ketulusan.
Sendok-sendok kayu mulai beradu dengan bibir mangkuk. Intan yang selalu bersemangat langsung menyuap mi dengan lahap. Wajahnya berseri-seri, seolah mi itu adalah hidangan paling mewah di dunia.