Satu Mie Tiga Mangkuk

Moycha Zia
Chapter #4

Chapter #4 Tangis Intan dan tawa Bunga

Setelah makan mi selesai, rumah kecil itu kembali hening, namun bukan hening yang kosong melainkan hening yang di isi oleh kegiatan masing-masing. Intan biasanya akan segera meraih buku cerita atau pensil warnanya, sementara Bunga akan asik degan boneka beruang usangnya, yaitu si Bobo. Namun, tidak semua senja berakhir dengan tenang, ada kalanya perbedaan karakter kedua kakak-beradik itu memicu riak-riak kecil.

Suatu sore, Intan sedang asik menggambar pemandangan gunung dengan krayon-krayonnyayang mulai pendek. Bunga mendekat matanya tertarik pada warna-warni cerah di tangan kakaknya.

Suara Bunga pelan menunjuk krayon merah, “Merah …”

Intan, “Iya, ini warna merah. Buat matahari.”

Bunga diam-diam mengambil satu krayon hijau yang tergeletak di samping Intan. Ia mulai mencoret-coret di kertas gambar Intan tepat di gambar gunung yang baru saja di buat oleh Intan.

Intan melihat coretan Bunga matanya langsung berkaca-kaca, “Bungaaaaa! Kenapa di coret-coret? Ini kan punya Kakak!”

Bunga terkejut dengan nada suara Intan yang meninggi, lalu tangannya langsung terdiam. Wajahnya mulai memerah siap untuk menangis.

Intan mulai terisak, “Hiks … Hiks … Ibuuuu! Bunga coret gambar punya Intan! Jelek!”

Tangis intan pecah membuat suasana tenang berubah drastic. Rahma yang sedang melipat pakaian di sudit ruangan segera mendekat.

Rahma berjongkok, lalu memeluk Intan, “Ada apa, sayang? Kenapa menangis?”

Intan menunjuk gambarnya yang tercoret sambil terisak, “Bunga coret. Hiks …”

Rahma melihat ke arah Bunga yang kini juga mulai terisak pelan, buneka Bobo di peluknya dengan erat, air mata mengalir di pipi mungilnya. Bunga tidak mengerti mengapa kakaknya tiba-tiba marah, ia hanya ingin ikut bermain.

Lihat selengkapnya