Satu Mie Tiga Mangkuk

Moycha Zia
Chapter #6

Chapter #6 Celengan impian

Di salah satu sudut kamar, di atas lemari kecil yang sudah reyot teronggok sebuah celengan ayam dari tanah liat. Warnanya pudar dan ada sedikit retakan di bagian sayapnya, namun bagi Intan dan Bunga, celengan itu adalah harta karun. Di dalamnya tersimpan bukan hanya koin-koin receh, tapi juga harapan dan Impian kecil yang mereka rajut.

Suatu sore, setelah membantu Rahma menyapu halaman, Intan dan Bunga berkumpul di dekat lemari. Intan dan Bunga berkumpul di dekat lemari. Intan meraih celengan ayam itu dengan hati-hati.

Intan menggoyangkan celengan terdengar bunyi gemerincing koin, “Wah, sudah berat nih, Bu. Sepertinya sudah banyak!”

Rahma tersenyum sambil memeras kain pel, “Alhamdullilah. Itu rezeki yang kalian sisihkan dari uang saku atau dari Ibu beri, ya. Untuk apa rencana kalian menabung?”

Matanya Intan berbinar, “Intan mau beli buku cerita yang baru, Bu! Yang gambarnya banyak dan tebal.”

Bunga menyodorkan boneka Bobo, “Bobo mau baju baru.”

Rahma terkekeh mendengar keinginan Bunga. Ia tahu, Bunga sangat menyanyangi boneka beruangnya.

Rahma, “Nanti kalau sudah cukup uangnya, kitab isa pergi ke pasar, ya. Intan bis acari buku cerita dan Bunga bisa cari kain yang bagus untuk baju Bobo.”

Intan, “Iya! Intan mau yang gambarnya tentang putri duyung!”

Bunga mengangguk dengan antusias, “Bobo mau biru.”

Setiap kali ada uang receh sisa dari belanja atau sedikit kembalian dari pembelian kebutuhan sehari-hari, Rahma akan menyisihkannya, “Ini untuk celengan Impian kalian.”

Ia ingin mengajarkan anak-anaknya tentang nilai menabung dan pentingnya memiliki tujuan.

Suatu hari Intan menemukan uang seribu rupiah di saku baju bekasnya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung berlari ke arah celengan.

Intan, “Ibu! Intan dapat uang! Masuk celengan ya?”

Rahma, “Alhamdullilah. Masya Allah, anak Ibu rajin sekali menabungnya.”

Dengan hati-hati, Intan memasukkan uang seribu it uke dalam lubang kecil di punggung ayam. Seolah setiap koin adalah langkah maju menuju impian mereka. Celengan ayam itu bukan sekadar wadah uang melainkan kotak harapan yang terus terisi menguatkan keyakinan bahwa dengan kesabaran dan usaha, impian kecil mereka suatu hari akan terwujud.

****

Sebuah kamar sederhana di rumah kontrakan kecil. Dinding-dindingnya yang kusam, namun bersih. Di sudut ruangan, ada meja kecil dengan sebuah celengan tanah liat berbentuk ayam jago yang sudah terlihat penuh. Rahma sedang menjahit baju robek sambil sesekali melirik Bunga yang terbaring lemas di kasur tipis, batuk-batuk kecil. Intan duduk di lantai sambil membaca buku dengan penerangan seadanya dari lampu bohlam.

 

Uhuk! Uhuk!

 

Suara batuk Bunga semakin menjadi.

 

Rahma meletakkan jahitan, lalu mendekati Bunga dengan mengusap dahinya, “Bunga, masih demam ya?”

Lihat selengkapnya