Sore itu langit di atas rumah Rahma tiba-tiba berubah gelap. Awan hitam tebal menggantung rendah, dan tak lama kemudian rintik hujan mulai turun, perlahan berubah menjadi hujan deras yang mengguyur bumi. Angin kencang menyertai serta membuat dedaunan di halaman berterbangan dan suara genting bergemuruh.
Intan dan Bunga yang sedang bermain teras depan segera berlarian masuk. Mereka beringsut mendekat ke jendela sedang mengamati tetesa air yang menuruni kaca.
Intan, “Wah, hujannya deras sekali, Bu! Nanti banjir tidak ya?”
Rahma menutup pintu dan jendela agar air hujan tidak masuk, “Insya Allah tidak, nak. Ini hanya hujan biasa, sebentar juga reda..”
Namun, hujan tak kunjung reda. Listrik di beberapa rumah tetangga mulai padam meyebabkan suasana sedikit lebih gelap dan sunyi. Petir menyambar sesekali membuat Bunga sedikit terlonjak dan memeluk erat bonek Bobo-nya.
DUARR!!
Suara pelan Bunga, “Gelap, Bu.”
Rahma mendekati kedua putrinya, lalu menarik mereka ke dalam pelukannya, “Tidak apa-apa, sayang. Ada Ibu di sini. Kita kan bertiga, tidak perlu takut.”
Rahma mendekap Intan dan Bunga. Aroma tanah basah dan kesejukan hujan masuk melalui celah-celah jendela menciptakan suasana yang intim. Dalam pelukan hangat Rahma merasakan detak jantung yang menenangkan.
Intan mendongakkan kepalanya, “Ibu tidak takut gelap?”
Rahma, “Ibu tidak takut kalau ada kalian di samping Ibu. Kita bisa sambil bercerita, ya. Mau dengar cerita apa?”
Di tengah gemuruh hujan dan kegelapan yang menyelimuti, Rahma mulai bercerita. Kisah tentang hewan-hewan yang mencari perlindungan saat hujan badai, tentang Pelangi yang muncl setelah hujan reda, dan tentang keberanian yang ada di dalam hati setiap orang. Suaranya yang lembut dan tenang seolah meredakan setiap ketakutan yang ada.
Bunga tersenyum tipis dengan matanya sudah tidak lagi menunjukkan rasa takut, “Pelangi …”
Intan, “Iya, nanti kalau hujannya reda, pasti ada Pelangi, Bunga.”
Hujan deras yang seharusnya membawa kedinginan dan ketakutan justru menjadi latar belakang bagi pelukan hangat yang menguatkan ikatan mereka. Dalam dekapan Rahma, Intan dan Bunga merasa aman dan di cintai. Mereka belajar bahwa badai pasti berlalu dan di setiap kesulitan selalu ada kekuatan dalam kebersamaan keluarga.
Hujan masih mengguyur dengan deras di malam hari. Kamar Rahma yang sederhana. Terdengar suara hujan deras di luar, memukul-mukul atap seng. Lampu bohlam di kamar meredup sesekali karena tegangan listrik yang tidak stabil. Rahma sedang menyiapkan minuman hangat untuk Intan dan Bunga. Bunga sudah terlelap di kasur tipis, di selimuti kain usang. Intan duduk di dekat jendela sambil memandang keluar.
Wuuuussshhh!