Satu Mie Tiga Mangkuk

Moycha Zia
Chapter #9

Chapter #9 Tetangga baik hati

Kehidupan lingkungan rumah Rahma adalah potret nyata dari sebuah perkampungan yang masih menjunjung tinggi milai kebersamaan. Selain Bu Siti yang sering berbagi rezeki, ada juga Pak Beru pensiunan guru yang ramah dan keluarga Pak RT yang selalu siap membantu. Mereka semua adalah bagian tak terpisahkan dari jarring pengaman sosial yang menghangatkan hati Rahma.

Suatu sore, Intan pulang dari madrasah dengan wajah cemberut. Tas sekolahnya basah kuyup karena ia kehujanan di jalan.

Intan berteriak, “Ibuuu! Tas Intan basah semua! Buku-bukunya juga sedikit basah.”

Rahma melihat tas Intan yang lembab, “Ya ampun, Nak. Kenapa tidak berteduh dulu?”

Intan, “Tadi sudah mau berteduh, tapi hujannya langsung deras sekali. Untung tadi ada Pak Beru.”

Rahma mengerutkan dahi, “Pak Beru? Kenapa, Nak?”

Intan, “Iya, tadi Pak Beru lagi lewat pakai payung besar terus Intan di suruh ikut di bawah payung Pak Beru sampai dekat rumah. Jadi tidak basah semua, Bu.”

Hati Rahma menghangat mendengar cerita putrinya. Pak Beru memang di kenal sebagai sosok yang sangat peduli. Tidak hanya itu, saat Rahma pernah kesulitan membeli beras karena uangnya pas-pasan, Pak RT pernah menawarkan untuk memijamkan terlebih dahulu tanpa ragu.

Suatu hari mesin jahit Rahma yang biasa ia gunakan untuk menerima jahitan kecil dari tetangga, tiba-tiba rusak. Padahal ada pesanan jahitan yang harus segera di selesaikan. Wajah Rahma tampak murung.

Rahma menghela napas melihat mesin jahit, “Bagaimana ini, ya Allah …”

Intan mendekat, "Kenapa, Bu? Rusak lagi?"

Rahma mengangguk lesu, "Sepertinya begitu, Nak. Padahal Ibu harus segera menyelesaikan jahitan seragam sekolah ini. Kalau tidak selesai, nanti tidak dapat upah."

Bunga, "Sakit ya, Bu, mesinnya?"

Rahma tersenyum tipis, "Iya, sayang. Mesinnya sakit."

Bu Siti yang kebetulan sedang melintas di depan rumah dan melihat Rahma tampak kebingungan langsung menghampiri.

Bu Siti, “Ada apa, Bu Rahma? Kok murung begitu?”

Rahma, “Ini, Bu Siti mesin jahit saya tiba-tiba tidak bisa di pakai. Padahal ada pesanan harus selesai lusa.”

Bu Siti, “Oh begitu. Tidak usah khawatir, Bu Rahma. Pak RT punya kenalan tukang servis mesin jahit yang bagus. Dia biasanya keliling di sekitar sini. Biar nanti saya tanyakan nomor teleponnya ke Pak RT atau saya minta Pak RT yang menghubunginya sekalian.”

Rahma wajah sedikit berbinar, "Benarkah, Bu Siti? Siapa namanya?"

Bu Siti, "Nanti saya coba tanyakan ke Pak RT ya. Saya lupa namanya."

Rahma terharu, "Aduh, terima kasih banyak lho, Bu Siti. Repot-repot, semoga saja bisa di perbaiki."

Bu Siti, "Sama-sama, Rahma. Kita kan tetangga harus saling bantu. Semoga cepat beres ya, biar dapurmu ngebul lagi."

Bu Siti tersenyum dan melanjutkan langkahnya. Rahma menatap mesin jahitnya dengan sedikit harapan baru. Bunga dan Intan ikut tersenyum melihat perubahan raut wajah ibu mereka. Setidaknya, ada secercah harapan untuk mesin jahit kesayangan Rahma.

Lihat selengkapnya