Satu Mie Tiga Mangkuk

Moycha Zia
Chapter #16

Chapter #16 Keripik singkong, harapan baru

Beberapa minggu kemudian. Pagi hari yang cerah, Rahma sedang menyiram tanaman di kebun belakang rumahnya. Intan dari Bunga bermain di dekatnya, sesekali membantu menyirami tanaman kecil. Mata Rahma tertuju pada rumpun singkong yang tumbuh subur dan lebat.

Rahma bergumam pelan, tapi pandangannya tak lepas dari singkong, “Masya Allah, singkong sebanyak ini.”

Intan mendekat, “Kenapa, Bu? Ibu mau makan singkong rebus?”

Rahma menoleh pada Intan senyumnya mengembang lebar, “Bukan, Nak. Ibu punya ide! Ini bisa jadi jalan keluar kita.”

Bunga bertanya dengan polosnya, “Jalan keluar kemana, Bu?”

Rahma berjongkok dan memeluk Bunga, “Jalan keluar dari kesulitan kita, sayang. Ibu lihat singkong ini, Ibu jadi teringat sesuatu. Bagaimana kalau kita coba buat keripik singkong?”

Mata Intan berbinar, “Keripik singkong? Wah, enak itu, Bu! Intan suka!”

Rahma menjadi bersemangat, “Iya! Kita bisa buat keripik singkong pedas, keripik singkong manis, atau yang gurih. Singkongnya melimpah di kebun kita, jadi modalnya tidak terlalu besar. Kita hanya perlu bumbu-bumbu dan minyak.”

Wajah Rahma terlihat cerah. Ada energi baru yang terpancar darinya. Sore itu, Rahma mulai mencoba resep keripik sigkong. Ia mengupas singkong dengan hati-hati, lalu mengirisnya tipis-tipis, kemudian menggorengngya hingga renyah. Aroma gurih segera memenuhi dapur sederhana mereka.

Rahma mencicipi sepotong keripik, “Hmm .. Lumayan! Tinggal di sempurnakan rasanya.”

****

Beberapa hari berikutnya, rumah Rahma di sibukkan dengan proses pembuatan keripik singkong. Intan dan Bunga ikut membantu menempelkan stiker sederhana yang di buat Rahma sendiri untuk kemasan keripik.

Intan sambil menempel stiker, “Nama keripiknya apa, Bu?”

Rahma berpikir sejenak, “Bagaimana kalau …Keripik Singkong Barokah Rahma? Kita berharap berkah dari usaha ini, Nak.”

Bunga mengangguk-angguk, “Barokah! Enak!”

Hari pertama Rahma menjajakan keripik singkongnya. Ia tidak hanya menjual di sekitar komplek perumahan, tetapi juga mencoba menitipkannya di warung-warung kecil dan koperasi sekolah Intan. Ia juga memanfaatkan grup ibu-ibu pengajian untuk promosi. Rasa cemas masih menyelimuti hatinya, tapi semangatnya jauh lebih besar.

Malam harinya. Rahma pulang dengan keranjang yang lebih ringan dari biasanya. Meskipun tidak habis semuanya, penjualan keripik singkong hari itu cukup menjanjikan.

Rahma meletakkan keranjang dan senyumnya merekah, “Alhamdullilah, laku lumayan banyak hari ini. Kata Bu Ratna di warung, keripik pedas yang paling di sukai.”

Lihat selengkapnya