Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu,tanpa disadari, Arimbi mengungkap kejangaggalan dari drama kampus yang sempat kacau sebelum pentas dimulai,dari awal tentang naskah yang ternyata dia baru tau dari pak Ali bahwa pada hari mereka berkumpul ada yang mengirim naskah ke bu Eva secara diam diam namun Reina tak bercerita apapun,dari situ Arimbi mulai menelusuri semuanya,satu persatu masalah terungkap dan hingga dia menemukan pelaku dibalik semua ini.
Sore itu sepulang kuliah mereka berlima berkumpul diruangan serbaguna kampus,semuanya sedikit bingung dengan permintaan Arimbi yang tiba tiba ingin mengajak mereka kumpul tadi tidak di Cafe seperti biasanya,saat itu hanya ada mereka berlima.
"Arimbi,ada apa sih ko kita kumpul disini?"tanya Agam mengawali pembicaraan yang kemudian duduk disalah satu bangku disana,termasuk semuanya yang hadir juga ikut duduk dibangku yang ada disana
"ada yang pengen gue omongin"kata Arimbi serius
"apa Arimbi?"tanya Reina kemudian,hatinya mulai deg degan dengan perlakuan Arimbi,dan penasaran tentunya
"disini,di tempat ini,apa ada diantara kalian yang ingin disampaikan? yang kalian tutupi dari temen temen semua?"tanya Arimbi tegas tanpa ada senyum sedikitpun diwajahnya
"Arimbi apa apaan si,ko lo bikin gue takut deh,kenapa si?"tanya Agam semakin penasaran
"euuu kayaknya ga ada Arimbi"kata Reina mencoba mencairkan keadaan yang saat itu terasa beku
"yakin ga ada,"tandas Arimbi
"iya gue ga ada "kata Agam santai
"oke kalo ga ada,sekarang izinkan gue buat nanya satu hal sama seseorang"kata Arimbi kemudian pandangannya tertuju pada Felicia yang saat itu diam saja
"Felicia"Ucap Arimbi tegas
"ya Rimbi"kemudian Felicia membenarkan posisi duduknya agar lebih tegak,tatapannya terlihat tak tenang
"Felicia,apa alasan elu ngasih jus ke Marisa dan Raka mengatasnamakan Reina?"
"jus"Agam mulai bingung,namun Arya tampak biasa saja.
"iya JUs,JUs yang bikin MArisa dan Raka akhirnya masuk rumah sakit,gara gara mereka keracunan"terang Arimbi menatap nanar Felicia
Mendengar itu,semua yang ada disana,bingung dan masih tak percaya dengan apa yang Arimbi lontarkan,Felicia membisu tak kuasa untuk menjawab pertanyaan Arimbi
"Feli jawab...!!"teriak Arimbi
Felicia tak kuasa untuk menjawabnya,dia langsung menangis karena digentak oleh Arimbi
"Arimbi udah..."kata Reina mencoba menenangkan
"enggak Re..gue butuh jawaban"Arimbi semakin tak kuasa menahan emosinya
"apa serangkaian kekacauan yang kita alami,kostum yang rusak itu ulah lo?"cecar Arimbi semakin memanas
"Rimbi udah Rimbi...lo ga boleh kaya gitu,belom tentu itu semua ulah Felicia"Agam mencoba menenangkan Arimbi dengan mengusap ngusap bahu Arimbi
"ga mungkin FEli..."belom sempat Agam melanjutkan omongannya
"iya..."kata Feli sembari mengusap air matanya,
"itu semua perbuatan gue,termasuk Kostum yang rusak pun itu gue yang lakuin,"kata Felicia dengan nada menantang dan menatap tajam Arimbi tanpa rasa takut
Semuanya kaget bukan main,tidak ada yang percaya akan ucapan Felicia,karena mereka tau Felicia adalah pribadi yang lembut dan penurut,tak ada yang menduga hal seperti itu bisa ia lakukan sendiri
"plakkk"sebuah tamparan mendarat diwajah Felicia dengan kerasnya berasal dari tangan Arimbi
"kurang ajar lu,bisa bisa nya lu ngelakuin hal sebodoh itu heehhh"cecar Arimbi yang kemudian dipegangi Agam agar tak lebih murka lagi
"udah Arimbi udah"
"kenapa...kenapa gue selalu tak berarti dimata kalian,kenapa gue ..kenapa gue yang penurut yang paling pintar dikelas yang nilainya lebih dari yang lain tak pernah dapat perhatian khusus dari pak Ali,pak Ali lebih milih Reina sebagai penulis Naskah drama,daripada gue,"
"tunggu...lu masih mempermasalahkan soal Naskah drama,bukannya itu udah diputuskan sama pak Ali,bahwa yg menang menulis waktu itu kan emang Reina"sanggah Agam