Satu Warna Baru

Manis Wilujeng
Chapter #2

Dia adalah Fredian

Upacara berjalan cukup lama pagi ini. Bapak kepala sekolah berpidato panjang lebar mengingat hari ini adalah awal dari tahun pelajaran baru dimana sekolah memiliki murid-murid baru dan juga siswa-siswi yang telah naik kelas. Peluh mulai keluar membasahi beberapa titik di wajah Amira. Begitupula dengan semua yang berada di lapangan saat ini. Ia melirik ke arah Andre, cowok itu masih tetap berdiri tegap dengan posisi istirahat di tempat.

Hingga beberapa menit berlalu, kelas XI dan XII dibubarkan dan tinggallah siswa-siswi yang baru menjejaki sekolah ini yang tetap berada di bawah cahaya matahari yang mulai terasa panas meskipun masih terbilang cukup pagi ini. Amira masih berada di barisan yang sama. Ia menyeka keringat di dahinya. Sedikit terkejut ia menoleh ketika melihat sebuah tangan menjulur di depannya. Andre mengulurkan sebuah tissue dan ia pun meraihnya.

"Makasih ya, Ndre" Ucapnya pada Andre. Ia tidak menyangka jika Andre ternyata membawa tissue di sakunya. Pertemuannya dengan Andre benar-benar membuatnya begitu heran dengan sikap dan perilakunya yang sangat berbeda dengan teman laki-lakinya selama ini. "Kamu selalu bawa tissue kemana-mana ya?" Ia bertanya pada Andre.

Andre tersenyum seakan mengerti bahwa Amira merasa heran dengannya. "Ya aku usahain selalu bawa, Ra. Buat jaga-jaga aja kalau tiba-tiba perlu" Jawab Andre.

Amira selesai menyeka keringatnya. Ia memasukkan tissue yang tadi dipakainya di saku rok abu-abu selutut yang ia kenakan, karena ia tidak mendapati tempat sampah yang berada dekat dengannya dan tidak mungkin ia meninggalkan barisan. Di depan terlihat kakak-kakak OSIS yang bersiap untuk memberikan pengarahan terkait kegiatan MPLS hari ini. Dengan leluasa semua bisa melihat mereka yang kini tengah berbaris di depan sebab Amira dan semua murid baru ini dibolehkan untuk duduk di tempat.

"Ra, kamu kenal sama dia?" Tanya Andre yang membuat Amira mengalihkan pandangan dari ketua OSIS yang tengah berpidato di depan mereka ke arah yang dimaksud Andre. Ia melihat seorang kakak kelas yang sepertinya anggota OSIS juga karena tidak mungkin ia berada di sini jika bukan anak OSIS. Namun kaus yang dipakainya berbeda dengan kaus kakak-kakak yang lain meskipun sama-sama terdapat logo OSIS dan SMA mereka. Amira merasa ini bukanlah hal penting yang mesti ia pikirkan. Sesaat ia juga merasa kakak OSIS itu sedang melihat ke arahnya hingga mereka juga sempat beradu pandang sejenak sebelum Amira menoleh ke Andre. "Aku nggak kenal, Ndre" Jawabnya.

"Tapi dari tadi dia melihat kamu terus" Ujar Andre.

"Mungkin aja dia lihat kamu, atau yang ada di sampingku, atau di depanku, atau yang paling mungkin yang ada di belakangku. Jadi kamu melihatnya seolah-olah ia melihatku" Amira memang selalu mengelak jika ada yang mengatakan dirinya sedang diperhatikan oleh orang lain.

"Di belakang kamu aja tidak ada orang, ya mana mungkin dia melihat seseorang di belakang kamu. Lihat lagi deh Ra, dia makin melihat tajam ke arah kita" Andre tidak sependapat dengan Amira. Ia merasa kakak OSIS itu memang benar-benar sedang memperhatikan Amira.

"Eh iya deh dibelakang ku nggak ada siapa-siapa ya" Amira tersenyum nyengir begitu menoleh dan benar tidak ada siapa-siapa. Ia lupa jika ia paling akhir berbaris pagi tadi. "Kamu bilang ke arah kita kan Ndre?. Jadi aku benar dong mungkin aja dia lagi lihatin kamu!" Lanjutnya kemudian.

Andre tak lagi menyangkal ucapan Amira meskipun ia tak menyetujuinya. Perhatian Andre dan Amira sekarang sama-sama tertuju pada salah satu kakak OSIS yang membacakan rangkaian kegiatan hari ini. Suaranya meninggi dan keras sekali hingga tak satupun murid baru di SMA ini yang tidak memperhatikannya.

Setelah beberapa kakak OSIS selesai menyampaikan beberapa hal, semua peserta MPLS diperbolehkan untuk meninggalkan lapangan dan berganti seragam olahraga. "Jadi kamu sudah berapa hari di rumah Tante Hanun?" Tanya Amira sambil berjalan di samping Andre.

Andre memelankan langkah kakinya agar bisa sejajar dengan Amira. "Seminggu, Ra. Sebelumnya aku sudah pernah menginap juga sama mama beberapa hari selama pendaftaran" Jawab Andre.

Amira manggut-manggut mendengar jawaban Andre. "Tapi aku kok nggak pernah lihat kamu?" Tanya Amira lagi.

"Karena kamu nggak sadar aja kalau sebenarnya kita sudah pernah bertemu!" Amira menatap Andre sekilas. Ia memperhatikan Andre jika saja memang ia sudah pernah berjumpa namun ia lupa. Tapi Amira tidak merasa demikian.

"Bukannya aku baru kenal dia tadi pagi," Batin Amira.

Tiba-tiba Amira dan Andre terpaksa harus menghentikan langkahnya. Kakak OSIS yang tadi dimaksud Andre tengah berdiri di depan mereka. Menatap Andre dari ujung kepala hingga ujung kaki. Lalu beralih menatap Amira sebentar, karena ia tidak ingin Amira menyadarinya. "Kalian cepetan ganti baju. Yang lain sudah ada yang kembali, kalian masih berada di sini?. Kita tidak pernah menoleransi keterlambatan!" Ucap kakak OSIS yang berkaus beda dari yang lain itu.

"Iya, Kak!" Amira dan Andre kompak menanggapi lalu mulai melangkah dengan cepat meninggalkannya.

Lihat selengkapnya