Satu Warna Baru

Manis Wilujeng
Chapter #1

Pertama Jumpa

Alarm berbunyi nyaring tepat di sebelah Amira. Matanya mulai terbuka perlahan. Lalu beranjak untuk mematikan alarm tersebut. Ia meraih ponsel yang berada di atas meja sebelah ranjangnya itu. Terpampang jelas notifikasi pesan dari Fida.

Kalau perlu besok bangun jam 3, Ra. Sekalian bisikin nama sekolah di sepertiga malam biar datang nggak ngepas mulu!

Amira tersenyum membacanya. Fida Gayatri memang selalu mengingatkannya agar setiap kali datang kemanapun ia harus bergegas sebelum waktu yang ditetapkan. Namun Amira tetap saja lebih sering datang di saat semua orang sudah bergegas terlebih dahulu darinya dan sejauh ini dia beruntung karena tidak pernah terlambat. Tidak ingin hari pertama masuk SMA diawali dengan terburu-buru karena takut terlambat seperti kebiasaannya itu, semalam Amira tidur lebih awal dan mengatur alarm lebih pagi dari biasanya.

Ia mulai mengetik beberapa kata di keyboard ponsel touchscreen-nya untuk membalas pesan dari Fida. Makasih deh udah diingatkan.

Tidak ada balasan dari Fida. Amira pun memilih untuk mempersiapkan baju seragamnya lalu bergegas mandi. Pagi ini tujuan utamanya adalah sampai di sekolah lebih awal. Semalam, sebelum tidur ia sudah menyiapkan buku, alat tulis, dan perlengkapan lain yang ia butuhkan di dalam tas. Mungkin hari ini ia belum mendapatkan pelajaran karena dalam jadwal selama tiga hari kedepan, ia akan mengikuti MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah).

Sekarang ia telah selesai mandi dan mengenakan baju seragam. Ia melirik ke arah jam dinding. "Baru jam 6 ternyata," Gumamnya lalu berjalan menuju ruang tengah. Ia duduk di sofa.

"Amira, kamu sudah siap?" Tanya mamanya yang menaruh sarapan di meja.

"Iya Ma, takut terlambat hehe" Jawabnya sambil memperhatikan setiap piring yang ditaruh mamanya.

Memang tidak biasanya Amira jam segini sudah siap berangkat sekolah, tapi ia tahu ini hari pertamanya sekolah di SMA. Jadi Bu Marissa beranggapan putrinya itu sangat bersemangat pagi ini. "Sayang, tapi papa tadi ke rumah Om Heri dulu. Sambil nunggu papa kamu sarapan aja" dirinya teringat jika Pak Handoko baru saja berpamitan. Amira belum diijinkan untuk mengendarai sepeda motor menuju sekolah, jadilah setiap hari ia diantar oleh papanya dan pulang naik ojek atau angkot.

"Papa lama nggak ya Ma?" Ia mulai risau, takut jika rencana datang lebih pagi ke sekolah gagal. Apalagi kalau sampai dia telat di hari pertama masuk sekolah.

Bu Marissa duduk di samping putrinya. "Tenang sayang, biasanya berangkatnya juga masih nanti kan" Ia mengerti putrinya yang tengah beranjak remaja itu terlihat risau.

Untuk mengalihkan perasaan Amira, ia bercerita tentang kedatangan Tante Ratih. "Kemarin Tante Ratih ke sini. Ya begitulah seperti biasa, tantemu itu bercerita panjang lebar tentang liburannya di Yogyakarta. Mulai dari mengunjungi Pantai Parangtritis, Candi Borobudur, belanja di Malioboro, sampai perjalanan pulang diceritakan ke mama!"

"Seru banget sepertinya, tante jadi liburan sekeluarga ya Ma?" Tanya Amira.

Bu Marissa senang Amira menanggapi ceritanya. Ia berharap sebentar lagi Pak Handoko segera datang. "Iya sayang, dia juga menunjukkan foto-foto bersama keluarganya ke mama. Andai saja kemarin pas kamu libur papa nggak ada proyek, mungkin kita juga bisa liburan sekeluarga"

"Nggak papa dong Ma. Kalau Amira libur panjang kita liburan kaya Tante Ratih," Ucap Amira.

"Tante juga ngasih oleh-oleh buat kamu. Mama ambil dulu ya" Ia berlalu meninggalkan Amira.

Amira masih ingat dengan tujuan utamanya hari ini, tapi ia rasa mendengarkan cerita liburan Tante Ratih dari mamanya sebentar saja tidak akan membuatnya telat. Toh, papanya juga belum datang.

Tidak lama kemudian Marissa datang dengan membawa sebuah kotak berhias pita warna merah muda, warna kesukaan Amira. "Ini dia oleh-olehnya" Ucapnya dengan tersenyum. Wajah cantik yang ia turunkan pada Amira itu kian terlihat awet muda.

"Wah, Tante kasih aku oleh-oleh apa ya Ma?" Amira sangat antusias meraih kotak dari tangan mamanya.

Lihat selengkapnya