Orang itu akan berubah baik ketika senja disembunyikan. Artinya, ia tidak selamanya buruk.
Hari ini Pak Danang sudah kembali mengajar seperti biasa.
Satu jam pelajaran berlalu, Erlan tidak hadir. Padahal bilang sebelumnya akan datang. Gaza mencoba untuk meneleponnya, tapi tidak diangkat juga.
Raline duduk manis di bangkunya. Mana peduli? Kehilangan Erlan mungkin keajaiban hari ini.
“Erlan takut kali, Pak, sama Raline!” celetuk Pra dari bangku belakang, lantas membuat Raline menoleh.
“Kemaren ditendang Raline sampe jatoh gara-gara dia ditolak Erlan,” katanya lagi, usil.
Pak Danang terlihat menanggapinya serius.
“Raline, jangan sampai masalah pribadi masuk ke urusan akademik,”
“Kalau seandainya memang jadi campur dengan masalah belajar itu salah Erlan, pake nggak hadir segala,” sahut Rana membela sahabatnya.
“Ya sudah, nanti bapak coba hubungi lagi. Sekarang semuanya boleh istirahat,”
Waktu memang kebetulan menunjukan pukul istirahat. Murid-murid pun berhamburan keluar ruangan, riangnya tidak kalah dengan anak PAUD.
“Gue? Nyampurin masalah pribadi? Bikin Erlan gak mau kelas? NENDANG ERLAN?”
***
Raline pergi ke perpustakaan, mencari buku paket kimia murni. Saat melewati satu kelas yang berada di samping perpustakaan itu, langkahnya terhenti. Raline melihat seseorang yang ia kenal sedang tidur di sana, di bangku paling depan, sendirian.
“Heh, bangun!” bentak Raline sambil menendang kursi tempat orang itu tertidur, namun belum ada respon. Pulas sekali.
“Bangun!” Raline mengencangkan teriakannya.
Orang itu terperanjat setelah sadar ada suara keras yang lebih nyata dari mimpi.
“Jam berapa sekarang?” Erlan bertanya sambil mengulat, dinikmati sekali tidurnya barusan tanpa wajah berdosa.
“Lo itu ya bener-bener nyusahin gue!”
“Gue tadi cuma duduk bentar sambil mikir, tapi gak sengaja ketiduran,”
“Gue pernah bilang kan sama lo buat serius dan kerja keras, gue yang dikasih tanggung jawab buat ngurusin lo kejar materi, lo nganggep itu bercanda?”
“Ngomong apa sih, lo? Gue kan gak sengaja tidurnya,” sahut Erlan dengan setengah terpejam, menahan sisa ngantuk.
“Gue tidurnya gak sadar,” katanya lagi.
Bodoh sekali. Manusia mana yang tidur dengan kesadaran penuh.
“Mana ada orang tidur sadar?” sanggah Raline seraya menatap Erlan penuh emosi.
“Ini udah pulang apa masih kelas?”
“Masih istirahat. Ayo ikut gue ke Pak Danang, dia ngira gue yang bikin lo gak mau hadir,”
“Tunggu, gue cuci muka dulu.”
***
Erlan sudah kembali hadir kelas. Kesalahpahaman sudah diluruskan dengan Pak Danang.
“Satu jam pelajaran lagi kita pakai buat jenguk Bu Nida ke rumahnya sekarang, semua dari kelas bimbingan jadi perwakilan siswa lain buat menjenguk beliau, hari ini totalnya berapa orang yang tidak hadir?”
“Cuma Ovha yang gak ada, jadi semua 10 orang,” ujar Galih memberi laporan.
Berhubung bus sekolah sedang dipakai untuk mengantar yang ikut olimpiade bela diri, maka murid-murid menyarankan untuk naik mobil Erlan dan Pra. Setelah Pak Danang meminta persetujuan pemiliknya dan mereka tidak keberatan, semua pergi ke rumah Bu Nida naik dua mobil terpisah.
***