SATU SATURASI

nonetheless
Chapter #13

Untuk Agen Baru Semesta

Tiga hari setelah pemakaman ibunya, Raline masih tidak mau keluar rumah, tidak berangkat sekolah, tidak mau terima tamu siapa-siapa, dan tidak mengangkat telepon mana pun. Ia terpukul, dengan sangat, siapa yang tidak?

Ovha 10 IPA A : Turut berduka cita, Ra. Maaf, gue bahkan nggak mengerti ketika lo lagi seberantakan itu.

Ovha 10 IPA A : Gue udah minjem waktu lo, lebih tepatnya nyuri waktu lo. Maaf, Ra.

Ovha 10 IPA A : Maaf.

Ovha 10 IPA A : Ra, maaf.

Ovha 10 IPA A : Gue depan rumah, lo.

Ovha 10 IPA A : Gue ngerti lo gak mau keluar, tapi gue di sini kalo berubah pikiran.

Ovha 10 IPA A : Kita harus bicara, Ra.

Ovha 10 IPA A : Ra, lo gak sekolah lagi. Ibu gak akan seneng lihat lo gini.

Ovha 10 IPA A : Ra, selamat malam, selamat tidur.

Ovha 10 IPA A : Gue tau pesan ini akan berakhir dengan gak dibalas, tapi gue mau lo tau satu hal. Orangtua gue memang masih ada. They’re in Aussie right now, but you know what? Mereka gak serumah. Bunda di Queensland, Ayah di Melbourne, mereka cerai dan terakhir bertemu gue adalah lima tahun yang lalu.

Ovha 10 IPA A : See? Gak selamanya semesta baik ke kita dan gue udah terima hal tersebut dari lima tahun yang lalu. Giliran lo, Ra.

Raline

Giliran gue menjadi manusia seperti lo?

          

Raline melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Ia sudah tidak menangis, tapi sendu masih menebar seperti aroma pengharum ruangan. Rumahnya berantakan, rambutnya belum keramas, sebab ketika dunianya hancur maka segalanya ikutan lebur.

Sekarang sudah pukul tujuh malam, dan Raline belum menemukan niat pergi sekolah kembali besok pagi.

“Raline!!!” teriak seorang laki-laki dari luar rumah. Raline kenal dengan suaranya, itu Erlan.

Tidak ada jawaban.

“Ra, nilai gue jelek, Pak Danang nyuruh lo ajarin gue!!”

Masih tidak ada jawaban.

Lihat selengkapnya