Jika seseorang membuat kamu senang, buatlah mereka lebih senang.
Gaza menghangatkan sisa ayam goreng semalam untuk disajikan bersama nasi panas. Sarapan mesti sangat sederhana karena sudah masuk akhir bulan, terutama pagi ini ada Erlan yang harus diberi makan. Erlan tidak pulang ke rumahnya hari kemarin, sehingga tidur di tempat Gaza. Ia terlihat begitu kacau dari semalaman sampai mengigau.
“Gue liat lo jadi tidur di bawah, sori. Gue kalo tidur kasurnya emang harus gede,” sahut Erlan sambil berupaya beranjak dari kasur, rambutnya sangat kusut.
Gaza tak bisa menahan tawanya.
“Kenapa lo ketawa gitu?”
“Ra, lo jangan suka ke Ovha… Apa? kenapa lo gak bisa?” Gaza memerankan dengan persis bagaimana Erlan mengigau.
Erlan sedikit panik karena Gaza bisa mengetahui apa yang Erlan katakan kepada Raline kemarin, tapi ia berusaha menyembunyikannya. “Apa-apaan tuh?”
“Apa lagi? Gue cuma ngulangin apa yang lo bilang pas lagi molor,”
“Apa?! Gak lucu bercanda lo pagi-pagi,”
“Ngapain lo ngigau kayak gitu? Meskipun gue tau, sih, alesannya,”
***
Selesai mandi, Erlan segera pergi ke rumah Raline untuk memastikan sesuatu hingga tidak ada kesalahpahaman. Ia benar-benar hilang akal kemarin sampai melarangnya menyukai Ovha.
Kalo Gaza aja salah tafsir, apalagi Raline yang baperan, pikirnya.
“Ngapain lo? Suka ke gue?” ujar Raline di depan pintu rumah setelah Erlan berulang kali mengetuk.
“Gue gak gila sampe harus suka sama lo,”
“Terus kenapa lo larang gue suka ke Ovha?”