Ukuran kita sudah menyayangi seseorang atau belum adalah ketika seperti selalu ingin terlibat dengan orangnya.
Erlan menatap mie rebus di hadapannya. Kertas-kertas soal dan alat tulis di meja belum ia hiraukan. Menurut Erlan, Pak Danang tidak usah repot-repot menentukan kelompok untuk menyelesaikan soal latihan. Berkelompok lebih tidak asyik dibanding mengerjakan sendiri. Semua ketidaktahuan Erlan bisa diurus dengan mudah ketika sulit menjawab soal-soal secara pribadi, namun saat kerja kelompok jadinya lain cerita.
Berkelompok dengan Gaza dan Ovha membuat ia kian merasa tersudut. Kedua orang itu sudah lagi selesai manyantap makanan mereka dan sibuk berdiskusi soal rumus, sedangkan Erlan bahkan belum menyentuh sedikit pun mie rebusnya.
“Erlan,” panggil Ovha.
“Seorang siswa kelas IX Panca Budi, akan menyusun anggota keluarganya berdasarkan matriks. Matriks itu apa, lo tau?”
“Mat…mat apa? gak tau,” ujar Erlan dengan sangat kebingungan.
“Susunan angka berupa baris atau kolom,” jawab Gaza mantap.
Ovha menatap aneh ke arah Erlan. Itu bahkan baru sebuah konsep yang sudah seharusnya familier di telinga siswa-siswi kelas dua SMA. Ia bahkan belum menanyakan bagaimana rumus penyelesaian yang lebih kompleks, namun Erlan sudah begitu gelagapan.
“Lo gak tau hal dasar kayak gitu? Sama sekali nggak pernah belajar?”
Erlan menunduk menahan sedikit malu, sebenarnya ia tidak masalah jika orang lain mengetahui kebodohannya, asal tidak dengan Ovha.
Tingkah Erlan mengingatkan Ovha terhadap sesuatu kemarin, sesuatu yang Raline bicarakan. “Erlan ngungkapin hal yang tidak ingin gue ungkapkan dan itu bikin gue kesel,”
“Berapa nilai UN lo waktu SMP di pelajaran Matematika?” Ovha bertanya dengan lantang.
Erlan menatap sekeliling. Cukup banyak orang di sekitarnya yang mengharuskan ia merendahkan suara. “Ap—apa? Itu…”
“Apa kata lo? Gue gak bisa denger dengan jelas,” pancing Ovha.
“Ehm. 35,”
“Bilang aja dengan keras kalo nilai lo 35, Lan,” seru Gaza memperjelas.
“Ada apa ini? Kalian belum beres juga? Pake ribut-ribut segala,” sahut Rana yang datang bersama anggota kelompoknya, yaitu Galih dan Ann.
“Ini, nilai UN Matematikanya Erlan 35,” Ovha berkata seperti tidak melihat kanan kiri.