Menjadi guru konseling berarti harus bisa membaca sifat murid. Memilih metode apa yang harus digunakan untuk masing-masing kepribadian, lantas memperlakukannya sesuai kepribadian mereka. Itu tentu bukan perkara mudah. Kelas meditasi adalah salah satu cara yang kulakukan sebagai media memilih metode apa yang paling cocok. Namun, kali ini fungsi kelas itu sedikit berbeda.
Biasanya aku memanggil satu per satu murid, lalu mengajaknya bicara empat mata. Rasanya cara itu tidak terlalu efektif. Para siswa malah merasa diri mereka sedang diinterogasi, membuat mereka bahkan lebih tertekan dan menutup diri. Apa lagi wajahku bukanlah yang paling ramah. Ya, bisa dikatakan jauh dari kata ramah. Secara teknis metode di kelas meditasi kali ini adalah metode baru. Aku menyebutnya Kelas Hari Sabtu.
Kelima anak ini adalah tikus percobaanku. Agak kurang etis menyebut mereka begitu, tapi ini hanya perumpamaan. Bagaikan seorang ilmuan gila yang melakukan hal-hal di luar akal sehat. Nyatanya eksperimen itu berakhir sukses. Setidaknya itulah yang terlihat sejauh ini.
Si berandal tetap menjadi berandal, tapi paling tidak aku tahu kalau dia punya sisi lembut. Sang Raja semakin populer saja, dia akan menjadi siswa paling terkenal tahun ini. Sang Ratu di sisi lain semakin banyak mendapatkan teman, mari berharap mereka bukan teman bohongan.