BAB 6
Aku, Rendra dan band Hippocampus sudah ada di bandara. Sebentar lagi Rendra dan teman-teman bandnya akan berangkat ke Australia untuk rekaman, hadiah kompetisi musik yang mereka ikuti. Sebelum pergi, Rendra memelukku erat. Terlalu erat bahkan. Baru kali ini aku merasakan pelukan seorang pria yang membuatku merasa begitu berarti.
“Lo nggak apa-apa, kan gue tinggal?”
“Ya nggak apa-apa lah. Kenapa juga gue harus kenapa-kenapa kalau lo pergi?”
“Ya, gue berharap lo bakal kangen, sih.” ujarnya sambil nyengir dan mengusap-ngusap rambutku.
Ah, kangen. Iya. Mungkin. Entahlah.
Setelah melambaikan tangan, aku langsung mengajak Sigi dan Maya untuk ketemuan. Di mana lagi kalau bukan di kafe Simulacrum. Sayangnya, Maya nggak bisa ikutan karena dia lagi hamil besar. Dia takut kenapa-kenapa lagi kayak waktu di pameran Flushing Out kemarin. Untungnya waktu itu kandungannya baik-baik aja.
Sigi sudah sampai dan duduk di hadapanku. Aku menceritakan soal Rendra yang ingin menikah denganku.
“Eh, lo gila, apa, cowok seganteng Rendra lo anggurin. Sinting lo, Kal?” Sigi langsung pasang muka shock waktu aku bilang belum kasih jawaban ke Rendra.