BAB 4
Hari keempat aku sudah boleh pulang ke rumah. Tapi dokter menyuruhku untuk beristirahat lagi di rumah selama dua-tiga hari lagi dan jangan langsung kerja dulu. Aku menurutinya. Meskipun sebenarnya aku sudah cukup bosan tanpa aktivitas. Sesampainya di rumah aku melihat ibu Gading. Ibu mertuaku.
“Maya, maaf ya ibu nggak bisa jenguk di rumah sakit. Kemarin ibu sibuk banget banyak pesanan, ada yang mau nikahan tetangga deket rumah.”
Ibu Gading ini punya usaha catering di rumahnya. Ia biasa melayani pesanan kue, dan masakan lainnya. Tidak hanya untuk hajatan tapi juga untuk menu makanan sehari-hari.
Aku melihat di sampingnya ada tas berukuran besar tanda dia akan menginap. Anehnya, kenapa Gading tidak mengatakan ini terlebih dulu padaku.
“Ah, ya Maya aku lupa bilang. Tadi pagi ibu berangkat naik travel dari Bandung. Rencananya dia akan menginap sekitar 3 hari di rumah kita. Sekalian bantu nemenin kamu pulih.” ujar Gading seperti menjawab pertanyaanku.
Lebih anehnya lagi, kenapa dia bisa ada di dalam rumah? Bukankah rumah ditinggal Gading yang menungguiku di rumah sakit dalam keadaan terkunci. Apa mungkin ia memegang kunci duplikat kami? Kenapa Gading tidak pernah bilang? Ah, aku sedang tak ingin banyak berpikir. Aku hanya ingin rebahan. Sepertinya aku ingin tidur lagi.
*
Aku terbangun pukul tiga sore. Gading tampaknya sudah kembali lagi ke kantor karena tadi dia hanya izin sebentar mengantarkanku pulang dari rumah sakit. Saat hendak keluar kamar, aku mendengar suara orang bercakap-cakap di ruang tamu. Sama siapa ibu mertuaku bicara?