Aku membuka mataku perlahan, sinar matahari pagi menembus jendela kamar rumah sakit, menyinari wajahku. Kepalaku terasa berat dan tubuhku lemas. Saat kesadaranku mulai kembali, aku mendengar suara mesin-mesin medis yang terhubung ke tubuhku. Ingatanku perlahan kembali, membawaku ke malam kelam itu, ketika aku hampir menyerah pada keputusasaan. Namun, suara lembut dan penuh kasih sayang dari ibu dan ayah di sekitar tempat tidurku memberi tanda bahwa aku telah diselamatkan.
Hari-hari berlalu dalam kabut pemulihan fisik dan emosional. Orang tuaku selalu berada di sisiku, berusaha memberi dukungan meski mereka sendiri terlihat kelelahan dan penuh rasa bersalah. Aku bisa melihat penyesalan di mata mereka, tetapi juga ketidakmampuan untuk sepenuhnya memahami penderitaanku.
***
Beberapa minggu kemudian, setelah aku kembali ke rumah, seorang pria dengan wajah ramah dan bersahaja datang mengunjungiku. Sosok lugas yang tidak asing itu adalah Pakde Risjad Suharso, pensiunan pejabat eselon dan pengusaha resort mewah di Jogja bernama Bhagawanta Resort yang datang bersama istrinya yang baru saja dinikahinya enam bulan lalu. Pakde lama menduda hingga seribu hari sepeninggal almarhumah bude barulah beliau menikah lagi. Risjad Suharso adalah kakak dari ibuku. Meskipun aku jarang bertemu dengannya sebelumnya, kedatangannya membawa harapan yang selama ini kuinginkan.
"Alaric, aku sudah bicara dengan orang tuamu. Aku ingin kamu ikut aku ke Jogja," kata Pakde Risjad dengan suara pelan namun tegas. "Kamu butuh lingkungan baru, jauh dari semua masalah yang ada di sini. Di sana, kamu akan bersekolah di Mighty Morpheus Prep School, sekolah internasional yang baik. Bagaimana menurutmu?" Lanjut bude, istri baru pakde.
Aku melihat ke arah ibu dan ayahku, yang mengangguk setuju. Dengan perasaan campur aduk, aku menerima tawaran Pakde Risjad. Meskipun aku takut meninggalkan rumahku, aku tahu ini adalah kesempatan untuk memulai kembali dan menemukan kedamaian yang selama ini hilang.
***
Perjalanan ke Jogja terasa seperti melarikan diri dari neraka yang selama ini kuhadapi. Pakde Risjad adalah pria yang disiplin, dengan latar belakang karakter yang kuat tercermin dari cara bicaranya yang tegas. Namun, ada kehangatan dalam dirinya yang membuatku merasa dihargai.
Sesampainya di Jogja, aku segera dibawa ke Bhagawanta Resort, tempat yang luar biasa indah dan tenang. Pemandangan hijau yang luas dan udara yang segar memberikan rasa damai yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rumah Pakde Risjad berada di area belakang resort, cukup besar dan nyaman, dikelilingi oleh taman yang terawat rapi.
"Tentu saja, ada aturan di rumah ini," kata Pakde Risjad. "Aku menjalankan rumah ini dengan disiplin gaya militer, dan aku berharap kamu bisa mengikuti tata tertib yang ada."
Aku mengangguk, bertekad untuk melakukan yang terbaik. Setiap pagi, aku harus bangun maksimal pukul lima, mengikuti rutinitas latihan fisik seperti lari pagi dan kemudian sarapan bersama. Semua kegiatan diatur dengan sangat ketat, namun aku merasa bahwa kedisiplinan ini bisa membantuku menemukan arah dan tujuan hidup yang baru.
***
Hari pertama di Mighty Morpheus Prep School atau MMprep menjadi tantangan baru bagiku. Sekolah ini memiliki fasilitas yang luar biasa, dengan kurikulum internasional yang menantang. Aku merasa gugup, tetapi juga bersemangat untuk memulai babak baru dalam hidupku. Di sana, aku bertemu dengan dua teman yang kemudian menjadi sahabat terbaikku, Arsenio dan Alister.