Suatu ketika sekelompok orang datang ke rumah mereka dan membicarakan soal rencana partai komunis untuk melakukan pergerakan rahasia. Istri dan kedua putranya yaitu Damar Anggara berusia tujuh tahun dan Andi Pranata berusia enam tahun, menguping pembicaraan mereka. Setelah selesai bertamu. Sang ibu bertanya pada suaminya, “Pak, apa yang bapak bicarakan tadi, ku dengar kalian membicarakan tentang pergerakan rahasia apa tadi?” Sang ayah diam dan tak mau bicara. “Pak, mohon pak, beritau ibu.” Ayah mereka tetap diam mencoba menjauh.
Beberapa hari kemudian si ayah dan ibu berbicara kepada kedua anaknya itu tuk di titipkan kepada bibi mereka, adik dari sang ibu, dengan berjanji bahwa mereka akan ikut bersama nanti setelah bagian perjuangan mereka ini selesai, demi kedua anaknya tuk di tampung dan di rawat.
“Damar, Andi, kalian ikut dengan bibi ya, nanti ayah dan ibu akan ke sana mengunjungi kalian,” ucap ibunya.
Lalu Andi menolak, “Tidak mau, aku ingin ikut bersama ayah dan ibu.”
“Kenapa ayah dan ibu tidak langsung ikut kami?” tanya Damar.
"Ayah dan ibu harus berjuang demi bangsa ini. Kalian pergilah ke tempat aman. Ayah dan ibu akan menyusul setelah perjuangan ini berhasil," Jawab ayahnya.
Andi memegang baju ibunya merasa khawatir, “Tapi aku tidak mau pisah dengan ayah dan ibu.”
Ibu dan ayahnya memeluk mereka berdua, “Ya, ibu tau nak, ibu dan ayah janji, hanya sementara saja, kalian bersama bibi dulu ya, jadi anak baik yang penurut di sana,” lanjut ibunya.