Sawang Sinawang

Monita Alvia
Chapter #5

Kata Mereka

Perempuan itu berlari. Napasnya terengah-engah. Dengan sigap, semua orang yang sudah siap di belakang panggung menyerbu dengan bagian dan tugasnya masing-masing. Make up, wardrobe, hairstyle juga para crew dan time keeper yang terus menyuarakan setelah ini apa saja yang harus dilakukan Kiran. Alat bantu napas menempel di hidungnya. Perlahan ia mengatur napas yang terasa tinggal separuh. Bagaimanapun, di depan sana banyak orang yang sudah menanti, meneriakkan nama, dan bertepuk tangan dengan meriah. Mereka tidak boleh dikecewakan, semenyakitkan apa pun itu, mereka tidak boleh kecewa.

Setelah napasnya bisa ia ambil alih kembali, Kiran melepas alat tersebut.

“Kau sudah siap, Kiran?”

Seorang lelaki yang ternyata adalah time keeper acara bertanya. Meyakinkan bahwa semuanya dapat dimulai dengan baik.

Kiran mengangguk, meski peluh masih tersisa di kening, gemuruh masih melekat di dada. Kiran tahu, mereka yang membuat Kiran sampai di titik ini. Titik yang selalu diimpikan banyak orang.

 

“Baiklah, hitungan ketiga lantai yang kau pijak akan naik ke atas. Hati-hati.”

 

Kiran tersenyum. Senyum yang pahit. Ia selalu berkata dalam hati, semua yang ia dapatkan selalu selaras dengan resiko yang akan ia terima.

***

“Kiran, akhir-akhir ini ‘kan sedang banyak dibicarakan. Sering juga kita lihat Kiran muncul di iklan-iklan dan acara televisi. Sudah pasti punya jadwal yang padat, gimana Kiran bisa mengatur itu semua?”

Perempuan dengan nada bicara khas presenter talk show itu memulai pembicaraan. Dengan gaun coklat dan rambut yang tertata rapi, terlihat cantik meskipun tetap tidak menandingi aura yang keluar dari wajah Kiran. Hanya memakai gaun yang sederhana dan rambut yang dibiarkan terurai tetap membuat Kiran terlihat sangat menarik. Ia tersenyum. Menjawab pertanyaan yang sebelumnya ia dapatkan.

“Seperti yang kalian ketahui, Kiran dikelilingi orang-orang luar biasa yang banyak ngebantu Kiran. Untuk jadwal, Melin yang selalu mengatur. Terima kasih, Melin.”

Kiran melempar senyum dan tatap ke arah Melin yang duduk di seberang. Hampir berdekatan dengan kursi penonton.

“Lalu, Kiran. Akhir-akhir ini ada haters yang kadang suka mampir di komentar media sosial, terlebih sejak Kiran dan El mempublish hubungan. Gimana tanggapan Kiran?”

Perempuan itu sudah tahu, pertanyaan ini akan keluar dari mulut lawan bicaranya. Lagi-lagi Kiran tersenyum, menjawab dengan santai, tetapi tatap matanya terlihat serius.

“Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Di situlah mengapa ada sebagian orang yang seringkali kita sebut haters. Yang Kiran bisa lakukan hanya satu. Lakukan dan tunjukkan yang terbaik dari yang Kiran punya.”

Seolah tidak cukup hanya dengan menanyakan beberapa pertanyaan, wanita di hadapan Kiran itu masih saja mengeluarkan kalimat-kalimat yang selalu Kiran jawab dengan baik. Sampai di satu pertanyaan yang membuat seseorang di seberang merubah ekspresi wajah, Kiran masih terlihat tenang dan percaya diri.

“Dengar-dengar, Kiran dan El akan segera menikah?”

Perempuan itu tersenyum kecil.

“Kalau diam tandanya iya ‘kan?”

Lihat selengkapnya