Sayang Abang

Rissa Sahara
Chapter #13

Rasa Sesungguhnya #13

Tangisan Abang menjadi-jadi. Tumpah begitu saja ketika Agam baru masuk ke rumah. Juga, untuk pertama kalinya, Agam melihat Abang menangis seperti ini sampai air matanya bercucuran. Ia tidak tahu harus apa. Monang tidak ikut masuk, katanya masih ingin di luar menghirup udara malam. Makanya sekarang, Agam berdiri tidak tahu harus melakukan apa melihat Abang yang seperti ini.

“Agam ....”

Agam mendekat. Ia melihat tangan Abang sedikit diangkat, minta dipeluk. Dengan ragu, Agam memeluk pelan tubuh abangnya.

Lagi, tangisan semakin tumpah. Bisa Agam rasakan guncangan tubuh Agam karena menangis. Abangnya mengusap rambutnya berkali, sesekali menguatkan pelukan seolah mengatakan bahwa Agam tidak boleh pergi darinya. Cukup lama Agam dalam posisi ini, ia biarkan sampai Abang melepas pelukannya.

Namun, beberapa menit Agam menunggu, Abang tak membuka pelukan itu. Bahkan tidak ada tanda untuk mengendurkan sedikit pun. Dengan suara pelan, Agam meminta Abang untuk melepaskan pelukannya.

Mata dan pipi Abang memerah. Wajah dan bajunya basah. Abang sampai seperti ini karena dirinya?

“Ma—“

“Maafkan Agam, Bang.”

Agam tidak membiarkan abangnya meminta maaf kembali pada dirinya. Bagi Agam, Abang tidak bersalah sedikit pun. Untuk apa ia meminta maaf. Justru Agam-lah yang harus minta maaf atas segala keegoisannya.

Kini, giliran air mata Agam yang mengucur deras keluar. Bersamaan dengan kata maaf tiada henti yang terus terucap dari bibirnya.

“Agam minta maaf. Agam banyak salah. Agam egois. Agam minta maaf, Bang. Abang ngga punya salah, justru Agam yang salahnya besar. Maaf karena suara Agam tinggi waktu itu. Agam minta maaf, hiks.”

Derai air mata Agam semakin membasahi wajahnya. Kali ini ia sendiri yang memeluk abangnya. Masih dengan ucapan maaf yang belum berhenti. Keduanya kini larut dalam menangis.

“Agam, jangan jauh-jauh dari Abang. Abang rasanya mau gila kalau ngga ada Agam di dekat Abang.”

“Jangan tinggalin Abang,” kata abang sekali lagi.

Lihat selengkapnya