SAYANG TANPA JEDA

Vhira andriyani
Chapter #7

Tumbang

Wanita yang selalu menunjukkan dirinya kuat akhirnya tumbang.

Sudah hampir seminggu sakit Ibu tidak kunjung sembuh. Biasanya hanya dengan di kerok saja Ibu sudah segar bugar seperti sediakala, bisa langsung ngacir mengayuh sepadanya ke rumah Bude Inez tapi kali ini Ibu tidak menunjukkan tanda-tanda akan sembuh. Bahkan Rea sudah membawa Ibu berobat ke praktek dokter langganan Ibu sejak Rea masih kecil yang tidak jauh dari rumah, atau bisa dikatakan dokter keluarga karena jika sakit seluruh keluarga besar Ibu akan berobat ke sana.

Rea menemukan rumah terkunci saat pulang kerja. Tidak ada seorang pun di rumah. Ibu yang sedang sakit yang seharusnya beristirahat pergi entah ke mana. Buru-buru Rea mengambil kembali ponsel yang baru saja Rea telakkan kembali ke dalam tas setelah menerima panggilan dari customer yang komplain karena pesanannya tidak kunjung sampai.

“Halo Bu.”

“Ya Re.”

“Ibu di mana? Rea udah di depan rumah tapi kenapa rumah terkunci.”

“Ibu lupa memberitahu Rea. tadi pakde jemput. Sekarang ibu ada di rumah Bude Inez.”

“Ngapai di sana Bu … Ibu kan lagi sakit.”

“Rea datang ke sini saja ya tadi Pakde juga minta Rea untuk datang ke sini.”

Kesal Rea belum habis karena dapat omelan dari pelanggannya. Niat hati ingin cepat istirahat merebahkan tubuh sejenak dan menenangkan pikiran terpaksa harus tertunda.

 

Tanpa berkompromi pada Rea, Pakde abang tertua Ibu berencana akan membawa Ibu ke rumah sakit tanpa memberitahu pada Rea terlebih dahulu dan meminta Rea untuk menyiapkan keperluan Ibu selama di rumah sakit. Begitu mendadak. Pendapat Rea tidak lagi penting. Mungkin Rea masih dianggap bocah ingusan yang omongannya bagai angin lalu.

“Nanti Wawan dan Dudi yang jaga Ibu bergantian ya.”

Pakde memberikan interuksi pada sepupu Rea, Dudi dan Wawan yang mereka jawab dengan anggukan tanpa menjawab. Ada untungnya, Rea tidak di minta untuk menjaga Ibu bukan karena tidak sayang atau peduli terhadap Ibu. Selain harus menjaga stamina untuk tetap pergi bekerja, kesan rumah sakit yang menyeramkan menciutkan nyali Rea. Mendengar suara benda jatuh akibat ulah si tikus saja membuat Rea senam jantung apalagi nanti jika melihat wajah pucat tidak bersahabat seperti di film-film horor. Bukannya menjaga Ibu yang sakit, bisa-bisa nantinya Rea yang akan di rawat di rumah sakit.

Pakde dikenal sebagai sosok yang tegas dan mempunyai prinsip yang kuat. Keluarga besar sangat menghargai sekaligus takut pada Pakde. Tidak ada yang berani membantah di saat Pakde sudah berbicara. Ucapan Pakde bagaikan titah yang harus dilaksanakan tanpa berkilah. Tapi walau dikenal tegas Pakde juga sosok yang penyayang dan peduli akan keluarga.

Tiga hari berlalu Ibu dirawat di rumah sakit. Belum ada perubahan. Ibu masih terlihat sama seperti terakhir kali sebelum masuk rumah sakit. Tiga hari pula Rea dengan takut-takut meminta izin pada atasan untuk pulang lebih awal agar dapat singgah ke rumah sakit menemani Ibu sesaat. Beruntung atasan tempat Rea bekerja sedikit pengertian.

Seperti hari sebelumnya, Rea datang untuk menemani Ibu sejenak. Walaupun harus menempuh perjalanan kurang lebih satu jam dengan dua angkutan umum yang berbeda.

Lihat selengkapnya