SAYANG TANPA JEDA

Vhira andriyani
Chapter #16

Permintaan maaf

Bertolak belakang dengan Rea yang tersulut api amarah, Rudi justru tertawa terbahak-bahak. Ia sampai memegang perutnya yang sakit karena kebanyakan tertawa. Bahkan orang yang berlalu lalang di depan kantor menatap aneh pada Rudi. Posisi duduknya yang tidak beraturan membuatnya terjungkal dari bangku plastik.

“Yang benar saja kalau aku di terawang kena guna-guna oleh orang yang cintanya aku tolak dan diprediksi menderita Liver, sakit kuning dong,” ucap Rea yang kesalnya tidak hilang dari kemarin. “Menyesal aku datang kesana. Untung saja Ibu tidak kenapa-kenapa, kalau saja kesetrum beneran sama dukun itu. Awas kamu Rud, kasih informasi kok gak bener. Menyesatkan!”

“Aku beneran tidak tahu dan baru tahu kemarin, ternyata tetanggaku yang berobat ke sana masih terbaring tidak berdaya,” sahut Rudi menahan tawa.

“Gila kamu! Ketawa lagi … Jadi untuk apa menyarankan aku untuk membawa Ibu ke sana.”

“Maaf! Aku mendapat informasi yang salah, tapi kan niat aku baik. Ingin menolong kamu, Re,” bela Rudi lalu bangkit dari duduknya dan menyingkirkan bangku plastik ke dalam kantor.

“Bukan menolong itu namanya. Menyusahkan!”

Mulai berkerja di tahun yang sama, Rea dan Rudi terbilang cukup dekat. Di waktu senggang mereka sering mengobrol saling bertukar pikiran serta berkeluh kesah mengenai persoalan hidup dan pekerjaan. Kedekatan yang terjalin membuat Rudi menaruh hati pada Rea dan beberapa kali mencoba mengutarakannya, sementara Rea yang hanya menganggap Rudi sebagai teman lebih memilih mengacuhkan perasaan Rudi. Membiarkan Rudi terperangkap dalam dunia Friendzone bertahun-tahun.

“Aku juga yang salah. Sudah kena tipu harapan palsu dukun jeruk purut masih juga mau percaya sama dukun setrum. Apes bener.”

Rea menyeruput jus kuini lanjut mengambil goreng pisang yang di letakkan di atas bangku plastik, traktiran dari Rudi sebagai permintaan maaf karena merasa bersalah telah memberikan informasi yang salah. Niat hati Rudi mau mentraktir makan enak tapi karena masih tanggal tua dan gajian masih lama jadi traktiran versi hematnya dulu.

“Jadi selanjutnya mau berobat ke mana?” tanya Rudi sambil melahap bakwan jagung dan karena masih panas ia melepehkan kembali. Ia menjulurkan lidah yang sedikit melepuh lalu mengambil es batu di jus jeruk miliknya untuk mendinginkan lidah.

Giliran Rea yang menertawakan Rudi. “Karma itu.”

“Huff panas. Bagi es batu kamu, Re.”

“Enak saja. Pamali sudah di kasih di minta lagi. Bisa gondokan entar.”

“Pelit!” Rudi meminum habis jus jeruknya tanpa sisa. “Jadi kamu bawa Ibu ke spesialis saraf?”

“Jadi. Kalau tidak sore ini, ya besok. Aku belum permisi sama bos. Diizinkan tidak ya? Aku benar-benar segan sering izin pulang cepat.”

“Kamu kan karyawan teladan kesayangan. Ya pasti diizinkan lah.” Rudi menowel pipi Rea dan Rea yang tidak suka segera memukul tangan Rudi.

“Eeits, tangan tolong dikondisikan. Pria yang sudah beristri tidak boleh godain wanita lain,” jawab Rea kesal

Lihat selengkapnya