Sayangku, Rena

Yusrina Imaniar
Chapter #23

Penolakan

Rena memutuskan untuk pulang akhir pekan ini. Meski ia harus menolak undangan gathering dari perusahaan tempatnya bekerja. Rena melakukan ini demi meredam omelan Winda dan juga Tania. Satu minggu rasanya menjadi waktu yang sangat lama.

Saat tiba di rumah, Rena disambut oleh Winda dan juga Tania yang berwajah masam. Keduanya bahkan tidak menyapa Rena. Mereka juga pergi tanpa pamit, Rena tidak tahu kedua saudaranya itu mau kemana. Hari masih pagi namun mereka berdua terlihat membawa tas ransel saat pergi.

Rena melihat Bapak dan Ibu yang tertidur. Bapak dan Ibu terlihat sangat lelah. Rena menyimpan tasnya dan menengok dapur, mengecek apakah ada makanan untuk Bapak dan Ibu yang sudah siap tapi Rena tidak menemukan makanan yang masih layak untuk dimakan. Hanya ada sayur sisa kemarin yang sudah berbuih karena basi. Bubur untuk Bapak juga sudah dihinggapi lalat karena bau.

Tangan Rena dengan gesit menyiapkan bubur untuk Bapak, lengkap dengan ayam dan brokoli. Rena membuatnya dengan tekstur seperti bubur bayi. Sementara untuk Ibu, Rena menggunakan ayam dan brokoli itu untuk membuat tumisan. Usai masak, Rena merapikan rumah dan menyiapkan pakaian ganti untuk Bapak dan Ibu.

“Winda, Tania, kemari!”

Terdengar suara Ibu memanggil. Rena yang sedang mengelap meja menghentikan aktivitasnya. Rena membuka pintu kamar Ibu dan masuk. Bapak juga sudah terbangun. Saat melihat Rena, mata Bapak membesar dan mengerjapkannya beberapa kali.

“Re… na…” ucap Bapak dengan suara lirih.

“Rena? Kamu kapan datang?” tanya Ibu. Baru kali ini hatinya merasa gembira saat melihat kedatangan Rena.

“Tadi pagi, Bu, Pak,” ucap Rena sambil menyalami kedua orangtuanya yang terbaring di ranjang.

Perih hati Rena melihat Bapak dan Ibu yang dulu bugar kini kurus. Bapak apalagi, tubuhnya yang besar dulu kini semakin kecil. Rena berusaha keras agar tidak menangis.

“Kemana Winda dan Tania?” tanya Ibu pada Rena. Rena mengatakan kalau Winda dan Tania pergi namun Rena tidak tahu tujuan mereka.

“Anak-anak itu… Ibu enggak nyangka sekarang mereka begitu sama Ibu,” ucap Ibu mulai menangis. Ibu mulai menceritakan kelakuan Winda dan Tania pada Rena tanpa bisa dicegah.

Setelah mendengar cerita Ibu, Rena bertopang dagu. Usulan dari Meila saat itu kembali terpikirkan olehnya. Jika memang sudah seperti ini, bukannya akan lebih baik untuk Bapak dan Ibu pindah dengannya?

“Bapak sama Ibu… mau enggak ikut Rena ke kota tempat Rena kerja? Disana kita bisa sewa rumah. Rena nanti yang urus semua keperluan Bapak dan Ibu. Mau ya Bu?”

Usulan Rena itu sontak membuat Ibu mengernyitkan dahinya. Ide yang Rena kira bagus dan akan disetujui itu rupanya berujung penolakan dari Ibu. Ibu terlihat sangat tidak menyukai ide Rena.

Lihat selengkapnya