Sayap Burung Patah

rimachmed
Chapter #6

Bagian #6

6

Ayah tampak begitu senang. Aku tidak suka bagaimana dia menyeringai pada semua orang saat akhirnya membawaku pulang ke dalam rumahnya yang tidak pernah ingin kuinjak sebelumnya. Dia tampak ingin memamerkan kemenangannya karena telah memperlihatkan mana keluarga yang lebih baik.

Anak empat tahun yang disebutnya adikku, dipaksanya untuk menyambut kedatanganku di rumah itu. Dia memelukku dan mencium pipiku. Tante dengan kulit kecoklatan dan rambut yang dicat coklat, tersenyum lebar padaku mengatakan betapa senang akhirnya aku bisa datang bersama mereka.

Aku melihat mereka, belum begitu hendak melangkahkan kakiku lebih jauh. Kutatap mereka satu per satu dan senyuman lebar di wajah mereka. Aku juga tidak punya pilihan yang lain lagi skearang. Aku sudah terjebak di keadaan ini, dan sejak awal sekali aku memang tidak pernah diberikan pilihan apapun pada hidupkku. Aku ingin sekali tersenyum sinis, “apa kalian sedang main drama?”

“Della, ucapanmu barusan itu tidak pantas,” ayah mengamuk dengan suara rendah. Lebih karena tidak ada lagi yang ingin kukatakan, aku pun melalui mereka dan masuk ke lebih jauh ke dalam rumah. Sesuatu di dalam benakku sedang duduk dengan sok sambil menyeringai jahat ‘selamat datang, Della, selamat datang di neraka yang ke dua’

Sebenarnya aku pernah tahu sebuah film yang sangat mirip dengan ini. Aku ingin menemui produsernya dan bertanya apa memang kisah semacam ini sudah banyak di luar sana, tapi sesungguhnnya walaupun iya, itu sama sekali tidak membuatku merasa lebih baik. Terkadang membuatku ingin tertawa sinis, menatap semua orang dengan cara yang sama. Mereka mungkin juga menderita. Semua orang pasti menderita. Menggelikan saat mereka mencoba menyembunyikannya dan malah menganggapku sebagai orang yang paling menyedihkan di sini.

Aku tidak ingin kembali ke sekolah. Aku tidak ingin melihat semua pasang mata yang menatapku kasihan. Mereka berbisik-bisik ke arahku seakan aku tidak dengar. Sekarang sebutan untukku adalah anak pecandu. Cukup waktu sebentar saja untuk membuatku terkenal dan cukup waktu yang sebentar untuk membuatku menjauhi semua orang dan tidak memercayai siapapun lagi sekarang.

Seorang guru PKN memasukki kelasku, seolah-olah dia mencoba memberikan dorongan mental padaku, dia menggunakan namaku untuk mempermalukanku di hadapan semua orang. “Kita tidak bisa menjauhinya karena salah satu keluarganya menggunakan obat-obatan terlarang, kita tidak boleh memperlakukannya berbeda.”

Lalu kalian pikir selama ini aku apa? Binatang liar yang penyakitan? Aku memang tak pernah begitu betah di sekolah karena beberapa alasan, tapi sekarang aku benar-benar tidak ingin ke tempat ini lagi. Aku tidak pernah kabur dari sekolah sebelumnya, tapi hari itu dengan keberanian yang aku pikir tidak pernah aku miliki, kubawa tasku saat jam istirahat dan keluar dari tempat itu.

Aku tidak tahu harus ke mana, yang jelas aku tidak ingin pulang ke rumah. Ayah sudah tampak menahan banyak kesabarannya semenjak aku datang ke rumanya. Dia selalu tampak seperti hendak meledak marah setiap aku tidak mau mendengar perkataannya. Aku selalu menatapnya nyalang setiap dia mencoba memberiku nasehat. Memang apa lagi, aku juga sudah lama kehilangan rasa hormatku padanya semenjak dia bahkan tidak pernah menghormati ibu dan selalu menyebut ibu sebagai ‘wanita menyedihkan itu’ atau bahkan ‘wanita merepotkan itu’ di depanku.

Lihat selengkapnya