Sayap Burung Patah

rimachmed
Chapter #9

Bagian #9

9

Itu sudah siang saat aku keluar rumah. Ayah menawarkan lagi untuk mengantarku dan aku bilang tidak perlu. Aku hanya perlu menaiki ojek memasuki pekarangan rumah, berhenti tak jauh dari tempat tujuan karena orang itu bilang agar aku datang sendirian. Orang suruhannya mungkin tengah mengawasiku dari jarak terjauhi. Saat pertama kali mengirimkan alamat itu, kupikir itu adalah sebuah gang kecil. Aku malah memasuki perumahan mewah dengan rumah-rumah besar dan halaman-halaman luas di mana-mana. Aku ragu jika penjahat itu memberikku alamat yang benar.

Alamatnya menunjukan sebuah rumah dengan pagar tinggi dan kebun di depan rumah. Aku mengecek alamat rumah itu lagi, tapi itu memang di sana dan nomer rumahnya juga sudah benar. Aku menelan ludahku. Rasanya ujung-ujung tanganku sudah terlalu dingin untuk digerakan. Aku menekan tangan-tanganku sendiri kemudian menekan bel rumah itu. Tidak ada sahutan bahkan aku yakin tidak ada siapapun di dalam. Terdapat jendela kaca yang besar dan tertutup gordyn, samar-samar aku bisa melihat bahwa di dalam rumah itu gelap, tidak ada siapapun di sana.

Aku mencoba meraih gembok pagarnya dan tidak dikunci. Aku membuka dan masuk ke dalam. Benar, tidak mungkin laki-laki mata duitan sepertinya membohongiku saat aku bilang aku punya uang untuk membeli obat-obatannya. Saat sampai ke pintu depan, aku tidak lagi ingin bersikap sopan dan langsung mendorong pintu.

Di dalam gelap, tidak ada lampu yang dinyalakan. Ini rumah kosong. Beberapa perabotan juga ditutup dengan kain putih. Aku langsung bisa menebak dari debu-debu yang menyambut hidungku dan membuat bulu-bulu halusku langsung bergetar geli.

“Hallo!” tidak ada sahutan, “hallo, ada orang di sini?!” Aku nyaris menunggu beberapa saat dan berpikir memang tidak ada siapa-siapa di sana, sepertinya laki-laki itu membodohiku. Aku hendak pergi sampai kudengar sesuatu dari dalam; suara besi yang didentingkan, hanya sekali tapi menggema sampai ke telingaku. Itu tanda yang cukup untuk membuktikan ada orang di sana.

Aku pun berjalan masuk menuju asal suara. Semakin lama semakin aku sadari bahwa suara itu tidak hanya dentingan besi, ada suara yang lain yang terdengar lebih lirih dan menakutkan. Aku seharusnya bisa lebih dulu menyadarinya ketimbang bulu kudukku yang sudah lebih dulu berdiri. Aku bergeming di depan sebuah ruangan, bahkan tak berani menengok atau berjalan lebih jauh. Itu jelas suara rintihan, kemudian suara orang tertawa pelan. Jantungku berdetak cepat sekali. Aku berpikir di atas kakiku dan mengambil keputusan itu segera untuk menelepon polisi.

“Lihat, siapa yang sudah datang,” seorang tepat di balik punggungku berbicara

Aku tak sempat lari karena dia lebih dulu menangkapku. Dia menarikku kemudian memeluk perutku terlalu kuat, setengah mengangkatku yang masih merontah kemudian melemparku ke dalam ruangan, secepat itu. Jika saja aku lebih berat, jika saja aku tidak pernah melewatkan makan pagi atau makan malamku, aku mungkin bisa sedikit memperlambatnya dan atau aku punya sedikit saja kesempatan untuk kabur.

Aku bisa melihat percikan darah. Itu bahkan jauh lebih buruk dari yang bisa kubayangkan. Nyatanya aku ketakutan juga. Tubuhku bergetar dan aku tidak berani menatap lebih banyak. Tapi aku menatap lebih banyak. Aku harus menatap lebih banyak karena tampaknya aku melihat seorang yang kukenal di sana, Adlan Ruslan. Kupikir dia sudah mati dengan banyak banyak darah di sekitarnya.

Aku memekik, ingin berteriak tapi tidak bisa. Aku kesulitan sekarang.

“Sekali berurusan denganku, kamu tidak bisa lari, hanya ada dua pilihan, tetap diam atau kamu jadi persis sepertinya,” tongkat besi laki-laki itu terangkat dan mengarah ke arah Adlan. Kupikir aku bakal berhadapan dengan laki-laki dempal dan jelek, satu matanya cacat sebelah, bibirnya hitam dan gigi-giginya adalah gigi pasangan, setidaknya dia cukup menyamai penjahat-penjahat di televisi atau mungkin dengan tampang yang lebih buruk. Di sana ada enam laki-laki termasuk Adlan. Ke lima orang yang tidak pernah kutemui tampak seperti berumur 20-an. Tidak ada apapun lagi di ruangan itu, hanya ruangan kosong dengan ubin berwarna putih. Aku tidak tahu bagaimana Adlan ada di sini, tapi aku yakin dia sekarang sedang dalam masalah serius.

Lihat selengkapnya