Sayap Burung Patah

rimachmed
Chapter #12

Bagian #12

11½

 

Aku melihat banyak mulut berbicara

Dan aku menyangka apa itu adalah cara untuk bertahan hidup

Untuk menyelamatkan mereka

Apa aku harus memercayai mereka

Atau kutumpas hidup mereka

Dengan tak memercayai mereka sama sekali

 

Aku kembali ke rumah ayah dan tebak saja apa yang terjadi, dia marah, memelototiku sejak mendapatiku masuk ke ruang tamu mereka. Aku diam sebentar untuk menunggu responnya, apa dia akan meneriakiku dengan kata-kata atau tidak.

“Ayah mencarimu di rumah itu dan kamu tidak di sana, ayah tidak menyangka bahwa kamu membohongi ayah, Della. Kemana saja kamu?!” nada suaranya mengeras. Tante Naura juga di sana tapi tidak bilang apa-apa. Dia cuman berdiri sambil berkacak pinggang dan menggigit bibir bawahnya, tampak seperti orang gusar. “Di mana kamu menginap selama ini?”

“Itu bukan urusan ayah,” kataku. Ayah langsung bangkit berdiri dengan sentakan dari duduknya.

“Bukan urusan ayah?!” dia berteriak, “jika ayah tidak bisa mengaturmu, lalu siapa yang bisa mengaturmu?! Ibumu bahkan tidak bisa mengaturmu!”

Tiba-tiba semua kemarahan itu terpanggil sejak kata ibu keluar dari mulutnya, “Kamu pikir karena siapa ibuku bisa jadi seperti ini?!”

“Berhenti bersikap kurangajar padaku!” telunjuk ayah mulai naik.

“Ibuku tidak pernah mencintaimu!” aku tidak tahu dari mana kemudian semua pikiran itu merasuki jiwaku dan menggoncangku, membuatku ingin sekali runtuh dalam tangisan, “itulah yang tahu. Aku hanya tidak mengerti mengapa dia menghancurkan hidupnya sendiri hanya karena laki-laki sepertimu yang bahkan tidak hidup lebih baik dari kami! Kamu pikir kamu punya keluarga yang sempurna selagi terus menyebut ibuku tidak waras?! Istrimu yang malas dan anakmu yanng idiot, sedangkan kamu berlagak menjadi ayah yang gagah. Kamu tidak lebih baik dari ibuku. Tidak sama sekali!”

“Della, hentikan, jangan bicara seperti itu pada ayahmu,” Tante Naura menjerit kemudian membekap mulutnya dengan matanya berkaca-kaca.

“Apa ayah harus menyesalinya karena menarikmu kembali dari ibumu?” ayah tak memedulikan istrinya, kupikir juga tidak akan berhasil. Apapun bentuk kemarahannya sekarang, yang pasti itu takkan berubah, “Keluarlah, keluar dari rumah ini dan jangan kembali,” katanya kemudian. Aku mengambil napas dari mulutku, tiba-tiba saja terasa berat. Dengan kuat kutahan matakku yang mulai terasa panas.

Lihat selengkapnya