Sayap Burung Patah

rimachmed
Chapter #15

Bagian #15

15

Aku kembali berhubungan dengan ayah. Setelah mengantar ibu ke rumah sakit. Semuanya berjalan seperti malapetaka. Ibu memasuki rumah itu, rumah lama kami sebelum kami pindah ke rumah yang baru. Dia meneror seisi rumah dengan mnyodorkan pisau ke arah mereka. Banyak orang sudah mengambil videonya selagi dia berjalan tanpa alas kaki ke sana, rambut berantakan, dia menyusuri terotoar itu sambil terus menggumamkan, “aku akan membunuhnya.” Sebuah pisau berada di tangan kanannya dan pandangannya jelas sama sekali tidak fokus. Dia bisa saja menebas siapapun yang ada di hadapannya jika mencoba menghalangi jalannya.

Dia mengalami delusi yang muncul karena kerusakan otak akibat stres berat yang sebelumnya dia alami. Obat-obatan ngawur mungkin memperburuk kondisinya dan tempat rehab tidak bisa lagi menampungnya. “Kami akan mengirimnya ke ruma sakit jiwa. Dia bisa mendapatkan pegobatan yang benar dari sana.”

Aku tidak bisa mengucapkan apapun awalnya, walau aku menolak ibuku masuk rumah sakit jiwa dengan alasan teman-temanku bakal mengucilkanku, videonya jelas-jelas sudah tersebar di mana-mana. Sesungguhnya aku bahkan tidak peduli dengan apa yang orang pikirkan. Aku hanya berpikir, aku mungkin bisa merawatnya. Aku bisa merawat ibuku. Dulu, saat kondisinya juga buruk aku bisa menanganinya, walau dia meneriakiku, memukuliku, memakiku dengan keras, aku tahu bagaimana cara menenangkannya. Aku juga merasa sedih, kemarin saat bertemu dengan ayah, ibu sontak langsung menangis. Itu adalah bentuk kelemahan terbesarnya di depan ayah dan setiap menyaksikan ibu begitu, ayah mengangkat kepalanya tinggi, bersikap seperti dia adalah satu-satunya orang yang dibutuhkan oleh ibu.

Memang ibu berusaha menyakitiku, dia juga mengacungkan pisau ke hadapanku dan hendak menyerangku, tapi ayah menyerbu ibu lebih dulu. Ibu telungkup di atas lantai kemudian dan polisi memeganginya sehingga dia tidak bisa lepas walau meronta. Untungnya tidak ada orang yang terluka, termasuk pemilik rumah yang tampak syok luar biasa karena mendapati seorang wanita gila berpisau menyelinap masuk ke rumah mereka.

Aku masuk ke dalam mobil ayah saat mengikuti polisi yang membawa ibu. Itu sudah lewat dini hari, aku menarik Adlan bersamaku sejak awal hingga kami sampai di titik itu. Dalam artian, dia sudah menyaksikan seluruh hidupku dalam waktu singkat. Kuakui dia memang penonton yang baik, dia tidak berkomentar apa-apa selain menonton. Ayah akhirnya menyadari keberadaannya saat kami keluar dari rumah sakit jiwa tempat ibu akhirnya diantar. Dia menatap Adlan dalam diam cukup lama dan tampaknya dia sangat ingin untuk berkomentar soal itu.

“Kembalilah ke rumah ayah dan berhenti membolos, sudah waktunya untuk berhenti main-main.”

“Kehidupanku memang permainan paling hebat,” ucapku sinis, yang ditatap Adlan kemudian sambil setengah melotot.

“Della,” ayah memperingatkan dengan nada rendah.

“Aku tidak mau kembali ke rumah itu, itu bukan rumahku.”

“Lalu di mana kamu tinggal beberapa hari ini, bersama laki-laki ini?!” nadanya mulai tinggi.

Lihat selengkapnya