22 ½
Bukankah kamu juga merasakannya?
Saat kita bersama misalnya
Walau hanya menatapmu duduk dan merenung
Kau bertanya soal masa depan dalam diam
Dan aku tersenyum
Kita memilikinya
Seperti benih di dalam tubuh kita
Juga tumbuh dan besar
Kita tak pernah kesepian
Pikiran kita selalu ramai
Hati kita tak ingin tenang
Aku pernah bertanya pada Adlan seberapa sering dia mengonsumsi obat-obatan itu. Dia bilang setiap malam saat pikiran soal ibunya menyerangnya dan membuatnya berkeringat dingin, dia pasti langsung memakainya. Itu adalah pelarian terbaik untuknya. Dia bisa melepas ingatan soal rasa sakit itu, setidakya walau untuk sementara. Dia bisa tertidur pulas setelahnya.
“Aku mulai berhenti mengonsumsinya,” Adlan tiba-tiba saja bilang begitu saat aku bahkan tidak bertanya lagi.
“Benarkah?”
“Ya.”
“Kamu pikir aku percaya?”