SAYAP-SAYAP DOA

Fendi Hamid
Chapter #15

"Terharu"

Sepertinya di rumah lagi ada tamu, tetapi aku tidak tahu siapa. Mak dan Pak sebelum aku berangkat sekolah tidak menceritakan apa-apa. Dengan langkah penuh kehati-hatian aku mencoba mendekati rumah dengan memegang rapor di tangan. Di depan pintu, di teras, aku membuka sepatuku yang di dalamnya sudah dipenuhi oleh pasir. Sobekan di ujung sepatu masih sama saja sikapnya ; suka mengganggu dan membuat tidak nyaman. Kaos kaki yang aku buka setelah membuka sepatu menghadirkan bau yang lumayan aneh, bau seperti terasi busuk, aku tidak peduli.

Skenario yang telah aku susun sebelumnya sepertinya harus berpindah ke rencana yang bahkan tidak aku pikirkan sebelumnya. Aku terpaksa membatalkan menunjukkan rapor kepada Mak. Niat hati untuk meminta Pak langsung meneken di rapor itu pun terpaksa harus aku tunda dulu. Aku malu pergi ke dapur. Bagiku, proses adaptasi dan berbasi-basi dengan orang yang baru aku temui selalu menjadi perkara yang tidak mudah, aku butuh banyak waktu itu.

Daripada bingung berkelanjutan, aku langsung menuju ke kamar. Di sana aku malah dihadapkan dengan hal-hal yang tidak biasa lainnya ; Aku melihat dua koper yang dihadapkan ke tembok, koper itu tergembok seperti diary ABG labil. Di koper itu juga ada kertas yang berlogo pesawat Garuda.

“Punya siapa ini?” gumamku penasaran.

Seandainya bukan karena sebuah larangan Mak menyentuh barang milik orang lain, mungkin sudah aku bobol koper itu biar rasa penasaranku enyah dan tak menghantui pikiranku lagi.

“Ah, palingan ini tas obat,” ujarku di dalam hati berusaha mengendalikan perasaan biar tidak semakin penasaran. Biasanya tukang jualan obat yang ahli sulap memang suka membawa tas besar macam itu.

“Ya, itu tas tukang sulap penjual obat,” tegasku sekali lagi.

Lihat selengkapnya