“Tidak boleh, Deri tidak boleh pergi!” Suara tante Deri menggelegar.
Dua hari menjelang keberangkatan ke Medan, sebuah dilema besar terjadi. Deri yang sudah membeli hp terpaksa untuk bertahan di rumah tantenya di pinggiran kota Meulaboh. Aku hanya bisa menggigit bibir mendengar keputusan dari tante Deri.
Sudah berjam-jam Kak Agus dan tim relawan menjelaskan maksud dan tujuan mereka membawa aku dan Deri ke Jakarta. Namun, tantenya sudah tidak mau mendengarkan penjelasan apa-apa lagi.
“Berani sekali kalian pergi ke Jakarta dengan orang-orang tidak kalian kenal itu. Kalau kalian dijual bagaimana?” Tante Deri memegang kepalanya. Pusing dia memikirkan kami. “Deri tidak boleh pergi. Dan kamu Mahir, ngapain kamu ke Jakarta? Di sini juga ada panti asuhan yang cocok untuk kamu."
Aku tidak menjawab apa-apa, aku hanya menunduk. Aku harus mengambil keputusan dengan cepat ; bertahan di rumah tante Deri untuk diantar ke panti asuhan atau tetap naik ke mobil, kembali pulang ke barak pengungsian untuk bersiap-siap pergi ke Medan.