“Tidak ada sekolah di sini yang mau menerima anak baru tanpa membawa surat apa-apa. Mahir harus kita bawa ke Bekasi. Insya Allah di sana ada solusi. Kasihan dia di sini terus, bosan tidak ada teman. Di Bekasi ada banyak anak-anak dari Aceh. Kehadiran mereka bagus untuk membuat mahir kerasan.” Begitu kesimpulan yang Ustadz Imam dan Ustadz Misbah simpulkan.
Mereka sempat panik, kemarin sore aku sempat mengatakan tidak kerasan di pulau Jawa. Padahal itu semua hanya kesalahan di dalam komunikasi saja. Aku pikir kerasan itu kekerasan. Di saat orang tanya kamu kerasan di sini atau tidak, tanpa ragu aku mengatakan tidak, karena aku merasa orang di sini tidak ada satu pun yang bermain kekerasan terhadapku.
Jum’at pagi, dengan menumpangi taksi berwarna biru. Kami melesat kencang menuju ke Bekasi Timur, ke Tambun Selatan, ke kampung bulu lebih tepatnya. Di sana ada pusat pendidikan dan latihan milik dewan dakwah. Di dalam komplek pusdiklat ada kampus, Masjid, perpustakaan, dan asrama anak yatim yang diberi nama Darul Aitam. Santri Darul Aitam tidak banyak, hanya 20 orang saja. Santri-santri Darul Aitam kebanyakan berasal dari Padang dan Aceh. Hanya ada 2 santri dari pulau Jawa ; satu orang Bogor dan satu lagi penduduk asli kampung bulu.
"Kawasan wajib berbusana muslim. Dilarang keras merokok di kawasan ini!" Sebuah palang besar berwarna hijau terlihat terpasang di dekat gerbang yang dijaga oleh satpam bertubuh subur.
Sejurus kemudian, taksi berhenti di samping Masjid berkubah runcing, Masjid berarsitektur Jawa. Kedatanganku langsung disambut oleh pengasuh Darul Aitam, Ustadz Ihsan, seorang ustadz berkacamata yang berasal dari Garut, Jawa barat. Kami terlibat perbincangan hangat di salah satu ruangan asrama yang sudah disulap menjadi rumah tempat Ustadz Ihsan tinggal bersama istri dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil.
Jam 4 sore, Ustadz Imam yang mengantarku berpamitan pulang. Mulai detik itu aku resmi menjadi santri baru Darul Aitam, rumah anak yatim, rumah para juara.
Di dalam asrama, aku langsung disambut oleh senior-senior dari Aceh yang sudah dua tahun lebih menjadi santri di sini.