SAYAP

Lailatul Ramadhani
Chapter #2

JAKARTA

Ini adalah hari pertamaku merantau sendirian ke Jakarta, Aku diantar Papa, Mama dan Adikku untuk mencari kosan, Aku sudah menghubungi orang yang punya kosan, tapi setelah sampai disana kosannya kumuh banget, mana kosannya campur cewe sama cowo, ventilasinya juga kurang dilihat dari luar suasananya juga gelap banget padahal ini kan udah siang bolong, ih seram sekali gak jadi kos disini deh. Aku cari kosan lain ajalah di google. 

“Bu… ada kosan yang kosong ngga di sekitar sini?” tanya Papa pada sekumpulan ibu-ibu yang sedang berkumpul di warung samping kosan itu.

“Kamu mau cari kosan?” tanya salah satu ibu berbaju merah dan celana pendek dengan riasan wajah yang tebal itu. 

“Iya…” jawab Papa

“Disitu tuh banyak kosan, ada kosan campuran juga. Kamu mau cariin kosan buat siapa? sini aku anter” ajak ibu itu.

“Mbak, mau ngekos disini ya?” tanya bapak-bapak yang lewat di depanku.

“Nggak pak, ini saya sudah dapat kosan” jawabku spontan.

“Jangan ngekos di daerah sini mbak, banyak pelacur sama copet. Hati-hati mbak” kata bapak itu lalu pergi.

“Gimana La, udah dapat kosan yang lain belum?” tanya Mama yang baru keluar dari mobil dan mendatangiku yang sedang berdiri di depan kosan.

“Udah ni Ma… aku coba telpon sebentar” jawabku sambil menelpon pemilik kosan itu.

“Papa kamu ini pergi kemana sih” ucap Mama sambil melihat ke sekeliling.

Setelah beberapa menit Aku mencari kosan di google dan akhirnya dapat juga kosan yang tidak jauh dari tempat kerjaku. Aku langsung menghubungi pemiliknya, tak lama kemudian Papa muncul di hadapan kami.

“Kamu udah dapat kosan yang lain belum La?” tanya Papa

“Bapak dari mana aja sih?” tanya Mama dengan nada kesal.

“Ini abis di ajak ibu-ibu itu nyari kosan, disini kosannya banyak yang campuran ternyata. Kita cari di tempat lain ajalah” jawab Papa dengan nada kesal.

“Barusan aku telepon pemilik kosan dan sekarang sudah di share lokasinya. Kosannya di jalan sukarela, kita kesana sekarang yuk, Pa” ajak aku yang sudah menghubungi bapak kosan.

“Yaudah ayo” ajak Papa.



Sesampainya di kosan sukarela, ternyata tidak jauh dari kosan yang aku kunjungi tadi. 



“Halo, Kak Nayla” sapa pria dewasa bertubuh gemuk, berkulit putih dan bermata sipit itu sambil membuka gerbang kosan.


“Halo Koh…” aku menjawab sapaannya dan menghampirinya. Aku panggil dia kokoh karena dia terlihat seperti kokoh-kokoh china.

“Saya Steven, yang punya kosan sukarela ini. Silakan masuk kak, pak, bu” kata Koh Steven, mempersilahkan kami untuk masuk.

“Iya Koh…” jawab Papa, Mama dan Adikku sambil berjalan masuk.


Nama kosannya sukarela, apa si kokoh bangun kosan ini dengan sukarela ya. Nama yang aneh, kayak gak ada nama lain aja yang lebih bagus” gumamku dalam hati.



“Kosannya ada di lantai dua dan lantai tiga, kalau lantai satu ini tempat saya sama ada kantin juga, jadi kakak bisa pesan makanan dengan menelpon ke kantin melalui telepon yang ada di setiap lantai, kosan ini baru di bangun jadi semuanya tampak baru, setiap lantai ada CCTV dan untuk jemur pakaian ada di balkon lantai tiga” kata Koh Steven sambil berjalan menuju lantai dua.

“Nah, lantai dua ini ada tiga kamar kosong, semuanya ada kamar mandi dalam kak ada kasur dan lemari juga. Satu kamar dengan jendela yang tidak langsung menghadap ke luar kosan. Dua kamar dengan jendela yang langsung menghadap ke luar kosan. Nah, disini kakak bisa langsung lihat-lihat langit dan anginnya juga cukup kencang jadi gak perlu pakai AC lagi kak, bisa lebih hemat listrik juga” jelas Koh Steven sambil membuka jendela kamar dan dan memperlihatkan seluruh ruangan.

“Bagus disini La, nyaman juga” ujar Mama sambil melihat ke sekeliling ruangan.

“Iya suasananya juga lebih nyaman disini dibanding tempat tadi” kata Papa dengan suara kecil.

“Iya, Aku lebih suka disini dibanding jendela yang gak langsung menghadap keluar, kalau di kamar ini kan gak sumpek, Aku bisa melihat pemandangan keluar jendela juga” ucapku.

“Perbulannya berapa ya Koh?” tanya Papa.

“Kalau ini 1,7 juta belum sama listrik, karena sekarang ada promo selama tiga bulan dapat diskon jadi 1,2 juta aja sebulannya” jawab Koh Steven tersenyum.

“Gimana La? Oke juga disini” kata Papa.

“Iya gak Papa Pa…” jawabku

“Oke Koh, saya ambil kamar ini ya untuk anak saya” kata Papa

“Bulan pertama ini Papa yang bayar dulu” ujar Mama

“Iya Ma…” jawab Papa sambil mengeluarkan handphone dari saku celananya.


Lihat selengkapnya