Malam harinya aku mendapat kabar dari Mama kalau Papa sedang sakit.
“Halo ada apa, Ma?”
“Halo Papamu sakit, La. Mau panggil Pak Agus gak bisa, dia sibuk di rumah sakit ngurusin pasien covid, kalau Papa berobat ke rumah sakit takut kena corona. Dari kemarin minum rebusan rempah aja, gak sempet berobat. Adiknya sama Mama juga batuk-batuk sama panas dari kemarin udah seminggu belum sembuh juga”
“Sekarang kan lagi musim COVID, Mama, Papa sama Adik tidurnya pisah aja jangan satu kamar” Adikku yang manja itu memang tidak berani tidur sendirian, ia selalu tidur di kamar Mama dan Papa.
“Kemarin Mama minta bantuan Zainul untuk mencari perawat yang bisa dipanggil ke rumah, karena kalo Mama sama Papa ke rumah sakit kita takut ketularan COVID. Nah, kemarin dapat tuh namanya Pak Ajis, kemarin Papa kamu sempat di infus sehari sama dikasih obat mendingan tuh, tapi cuma sehari aja. Abis itu kambuh lagi panasnya sampai sekarang gak turun-turun ditambah menggigil badannya”
“Terus apa kata yang ngobatinnya, Ma? Papa sakit apa?”
“Katanya sih tipes, tapi kok sampai sesak nafas gitu ya”
“Aku coba tanyakan teman aku yang dokter ya, Ma. Dia lagi cukup tau klinik yang bagus di Karawang, nanti aku kabarin, Mah”
“Iya cepat ya, La. Kasihan Papamu dari kemarin sakit”
“ Iya mah ini aku mau tanya yang sekarang semoga dia gak sibuk
Aku langsung menelepon Dina dan menyengat menanyakan beberapa opsi klinik atau rumah sakit yang dapat di membantu kami.
“ Halo Dina, lu lagi di Karawang gak gue mau nanya-nanya dong bapak gue kan sakit lu ada rekomendasi enggak klinik atau apa pun gitu yang cocok buat berobat bapak gue soalnya kalau ke rumah sakit takut kena COVID di rumah sakit pada penuh soalnya anak kesal sama dokternya kewalahan mengurus”
“ coba deh ke klinik Pratama yang ada di sebelah mall Karawang. Klinik itu punyanya dokter Andi yang dokter spesialis penyakit dalam itu loh”
“ oh iya gue baru inget klinik Pratama ya itu adanya di mana aja sih Din, iya buat jaga jaga aja sih takutnya di situ juga penuh
“ setau gue dia cuma buka dua klinik lah, pertama yang dekat mall Karawang yang kedua itu di daerah Karawang Timur yang lumayan agak jauh juga sih tapi coba dulu aja deh lah ke klinik Pratama yang ada di mall Karawang itu btw bokap lu emang sakit apaan la?”
“ katanya sih tifus Din, tapi gak tau juga ya soalnya sesak nafas juga Din
“ntar coba fotoin deh la resep yang udah dikasih sama perawatnya itu kirimkan ke gue ya”
“ oke Din gue tutup teleponnya dulu ya gue lagi mintain resepnya ke Mama gue dulu” Aku segera menghubungi Mama untuk meminta resep apa saja yang telah diberikan oleh perawat itu.
“Ma, tolong fotoin resep yang udah dikasihin sama perawat kemarin mah mau dilihat sama teman aku yang dokter “ aku langsung mengirim foto resep yang sudah diberikan perawat itu kepada Dina, dan Dina langsung membalas pesanku.
“kayaknya ada yang gak nyambung deh penyakit tifus sama obat yang dikasih, coba lu Periksain deh ke klinik Pratama la”
“Oke Dina, thanks ya infonya”
Aku segera menghubungi Mama untuk memeriksakan Papa ke klinik Pratama dan Mama mengiyakan hal itu. Memasak segera menghubungi pihak klinik untuk mendapatkan nomor antrian.
Keesokan harinya Mama membawa Papa dan adikku ke klinik Pratama, mereka diantar oleh kak Zainul dia adalah sepupuku. Sementara aku masih berada di Jakarta dan bekerja seperti biasanya dengan perasaan cemas, semoga keluarga aku baik-baik saja.
Seharian aku tidak fokus bekerja dan memikirkan keluargaku, hingga kini belum ada kabar dari Mama maupun keluarga di rumah tentang kondisi mereka.
Malamnya aku menelpon Mama.
“Halo, Ma… Gimana kondisi Papa”
“tadi Papa di rontgen dada nya di paru-paru itu banyak asap sudah lebih dari 79% asapnya, kalau terus dibiarkan ada kemungkinan akan di oksigen untuk membantu pernafasannya. karena sekarang oksigen sedang langka jadi harus dipesan dulu dan itu juga belum tentu ada, Mama sama adik kamu tadi di swab dan kami negatif COVID, kami hanya diberi obat untuk batuk dan penurun demam saja. sementara Papamu diberi obat dan kalau suatu saat nanti sesak nafas. Langsung dibawa ke klinik pratama”
“Ya Allah Ma, semoga cepat sembuh dan sehat lagi, Aku gak bisa pergi kemana-mana karena sekarang lagi musim covid Aku takut nularin ke kalian”
“Iya, semoga bisa lebih baik setelah minum obat ini”
“Iya Ma, Aku bantu doa dari jauh ya” ujarku sambil meneteskan air mata.
“Iya La”
Dua hari kemudian Aku mendapat kabar dari Adikku.
“Halo Mbak, Jumat besok bisa pulang nggak?
“Emang ada apa? Mbak besok masuk kerja”
“Papa sakit, semuanya pada sakit disini gak ada yang jaga” kata Adikku dengan nada pelan, saat itu sedang musim virus covid 19 Aku berhati-hati jika bepergian kemana-mana terutama ke rumah. Aku khawatir akan membawa virus untuk keluargaku.
“Yaudah, besok Mbak coba minta izin dulu ya”
“Iyaa…”
Keesokan harinya, Aku meminta izin pada Mbak Anya dan Mr. Lee untuk menjenguk Papa yang sedang sakit.
“Mbak, Aku mau izin pulang cepat besok. Papa sama keluarga Aku lagi sakit” ucapku sambil packing pesanan.
“Oh, kalo Aku sih gak Papa. Nanti bilang sama Mr. Lee ya Neng” Kata Mbak Anya sambil membantu packing, terkadang Mbak Anya memanggilku Neng karena Aku berasal dari Sunda, meskipun aslinya Aku bukan keturunan Sunda.
Saat jam istirahat selesai Aku meminta izin pada Mr. Lee yang sedang fokus bekerja.
“Mister, Nayla boleh tidak besok izin pulang kerja sore. Nayla mau jenguk Papa dan keluarga yang sedang sakit”
“Sakit apa?”
“Sakit panas dan batuk-batuk Mister”
“Hati-hati corona sekarang lagi musim virus corona, kamu swab dulu sebelum kerumah, ya”
“Baik Mister, Nayla izin sehari tidak masuk kantor ya”
“Iya, salam untuk keluarga di Karawang”
“Baik, terima kasih Mister”
Setelah pulang dari kantor aku pulang ke Karawang, Aku berangkat sore hari menggunakan travel selamat lintas langgananku, agar cepat sampai ke rumah.
Perjalananku ke rumah tidak membutuhkan waktu yang lama, sepanjang perjalanan tidak ada macet ataupun halangan yang memperlambat perjalananku. Aku membawakan soto ayam bening kesukaan keluargaku untuk makan malam.
Aku sampai di rumah pukul sembilan malam.
“assalamualaikum, mah… pa…”
“Waalaikumsalam, naik apa tadi? “ Tanya Papa sambil membukakan pintu
“naik travel tadi, ini aku bawakan soto ayam bening untuk makan malam, udah pada makan malam belum?” Tanyaku yang baru saja melepas kaos kaki.
“Udah tadi, gak Papa. Papa mau makan sotonya”
“Iya, Aku siapin dulu di meja” Aku pergi ke meja makan dan membuka soto dari plastiknya untuk di bagi menjadi tiga mangkuk untuk Papa, Mama dan Adikku, karena Aku sudah makan malam saat membeli soto tadi.
“Ma, nabil… Ayo makan malam dulu abis itu istirahat tidur”
Mereka pun mulai makan sotonya dengan gestur lemas.
“Beli dimana sotonya” tanya Mama yang mengantuk karena dibangunkan Papa
“Di bawah flyover tadi sekalian turun travel”
Mama dan Adikku makan dengan lahap dan menghabiskan sotonya, sementara Aku menyuapi Papa di ruang tamu sambil duduk kami bercerita.
“Dari kemarin Papa gak enak makan” kata Papa sambil membuka mulutnya saat Aku mulai memasukkan lontong ke mulutnya.
“Kenapa? Lagi sakit harus banyak makan”
“Gak tau, kalau ada kamu yang merawat Papa mau makan” kata Papa, lalu mengunyah makanannya.
“Kamu izin sama bosnya?” Tanya Papa dengan nada lemas
“Iya, izin pulang cepet tadi. Besok kan libur sabtu minggu”
“Seninnya kamu mau masuk kerja lagi?”
“Iya Pa”
Malam itu, Papa makan soto dengan lahap dan menghabiskan semangkuk soto ayam yang kubeli.
Selama dua hari di rumah Aku merawat semua keluargaku yang sedang sakit, Aku masak dan mengurus kebutuhan keluargaku. Namun, sayangnya Aku tidak bisa berlama-lama merawat mereka. Aku harus kembali ke Jakarta hari senin pagi, karena banyaknya pekerjaan di kantor dan pekerjaanku bertambah dua kali lipat karena Restu yang jarang masuk kantor.
Meskipun Aku sudah menjenguk dan sempat merawat keluargaku yang sedang sakit. Hatiku masih merasa tidak nyaman, karena meninggalkan mereka yang belum sehat sepenuhnya, terutama Papa.
Dddddrrttt… ddddrrrtttt…
Ponselku bergetar saat Aku packing pesanan di gudang.
“Kak Nayla, hpnya geter tuh. Ciye siapa nih yang nelpon” kata Abel sambil melirik ke layar ponselku
“Halo, iya Mi?” Umi Nur kakanya Papa menelponku. Tumben sekali Umi menelpon di jam kerja.
“La, kamu ada dimana sekarang?”
“Di Jakarta Mi, kenapa?”
“Papanya sakit kamu nggak pulang?”