SAYAP

Lailatul Ramadhani
Chapter #7

PRIA ITU MIRIP PAPAKU

Setelah idul fitri berakhir, kantor meminta seluruh karyawannya untuk kembali masuk kantor dengan normal. Aku bimbang antara ingin berhenti atau lanjut dengan resiko Aku harus fokus dengan pekerjaanku sekarang dan tidak dapat membantu usaha di rumah. Berhari-hari Aku berpikir keras, rasanya lelah sekali bekerja jauh Karawang-Jakarta setiap hari berangkat pagi pulang malam berdesakan di kereta, kaki pegal-pegal dan badanku sakit-sakitan karena harus berjuang di kereta sambil membawa tas dan laptop setiap hari. Aku selalu langganan dipijat setiap dua minggu sekali, karena urat-urat di kakiku yang kaku dan tidak lurus.

Namun, Aku merasa nyaman dengan kehidupan ini dan memutuskan untuk terus melanjutkan pekerjaanku di Jakarta.

Sepanjang perjalanan, Aku habiskan waktuku untuk melihat pemandangan, mendengarkan musik dan sesekali Aku menulis puisi.

Terkadang tanaman tak perlu tempat subur untuk tumbuh

Bahkan kaktus pun masih bisa berbunga di tengah gurun pasir dan tanah yang tandus

Masihkah kau meragukan kuasa-Nya?


Semakin dewasa aku semakin paham

Tak ada kehidupan yang sempurna

Jika kamu melihat kehidupan seseorang tampak sempurna

Itu karena Allah tak mengizinkan kamu melihat kekurangannya, atau dia pandai menyembunyikannya.

Jika kehidupan sempurna itu ada, pastilah ada sesuatu hal besar yang telah Allah ambil darinya. 

Sesuatu hal yang membuatnya terpuruk hingga membuatnya berusaha bangkit dan berhasil seperti yang kamu lihat sekarang.


Suatu hari, grup di kantorku mengadakan acara naik Gunung Pangandaran dan Kak Kyra mengajakku naik Gunung Pangandaran, seumur hidup Aku tidak pernah naik gunung, hal ini selalu dilarang oleh Mama. Beliau khawatir karena Aku anak perempuan dan gunung bukanlah tempat yang ramah bagi semua makhluk. 


“La, kantor ini ada komunitas naik gunung. Ikutan yuk…!” Kak Kyra mengajakku dengan penuh semangat, Aku pun antusias mendengarnya. Namun, Aku tidak tega meninggalkan Mama tidur sendirian, semenjak Papa meninggal. Mama selalu tidur denganku di kamarnya, Mama ingin tidurnya ditemani katanya karena biasanya Mama tidur dengan Papa.

“Aduh gak bisa deh Kak, gue gak bisa pergi jauh-jauh. Mama gue sendirian di rumah, Adik gue sekolah dan dirumah juga ada usaha yang harus dijaga” ujarku yang ingin sekali naik gunung tapi tidak bisa.

“Yah… gak apa-apa kali ini aja La, kapan lagi coba naik gunung” Paksa Kak Kyra.

“Gak bisa Kak… lu duluan aja deh yang naik gunung bareng mereka, ntar kalo asik gue next ikut deh” Aku berusaha menenangkan Kak Kyra yang memaksaku.

“Hhhhmmmm… oke deh, bener ya next lu ikut” tanya Kak Kyra seperti tidak percaya padaku.

“Insya Allah ya…” jawabku, Aku tidak ingin memberinya harapan.

“Yaudah deh”


Hubunganku dengan Kak Kyra sangat dekat, kita ke stasiun Matraman bersama, makan siang bersama dan banyak hal yang kita lalui bersama-sama.

“Eh La, gue mau turun jalan kaki aja deh gak mau pake lift” kata Kak Kyra

“Lah kenapa emang, lumayan loh turun tiga lantai tuh” 

“Gue mau latihan, kan bentar lagi gue mau naik gunung. Jadi harus melatih kaki biar terbiasa” katanya lagi

Lihat selengkapnya