Scar

Sekarmelati
Chapter #14

Bab 13. Kopi Pertama di Hari Ketujuh


Kenapa harus kemo? Aku baru tahu kalau ternyata mastektomi saja belum cukup untuk membasmi kanker. Kemoterapi tetap diperlukan untuk menghancurkan sel-sel kanker yang mungkin masih tersisa di dalam tubuhku. Aku tidak di dalam posisi untuk bisa memilih. Mau tidak mau aku harus menjalani enam sesi kemoterapi yang sudah dijadwalkan. Dan karena aku menggunakan BPJS, aku harus melakukan sesi pertamanya di RSUD. Bagus

Di hari yang ditetapkan, Bayu mengantarku ke rumah sakit. Kami berangkat pagi-pagi sekali. Kemoterapinya akan dimulai jam delapan. Aku tidak boleh datang terlambat. 

Setibanya di rumah sakit, semua pasien kemoterapi dikumpulkan jadi satu dan didata oleh perawat. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok. Masing-masing kelompok akan menempati ruangan yang berbeda-beda. Setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang. 

Ternyata aku tidak sendirian. Ada banyak orang yang mengalami hal yang sama denganku. Hari itu kulihat semua pasiennya perempuan. 

Aku mencium punggung tangan Bayu dan meninggalkannya di ruang tunggu. 

"Kabari kalau sudah selesai," kata Bayu sebelum melepaskan tanganku. 

"Makan saja dulu. Atau ngopi-ngopi. Tadi perawat bilang, kemo-nya sekitar 5-6 jam."

"Oke."

Aku bergabung dengan kelompokku dan berjalan mengikuti perawat di depan kami. Kelompok di depan kami membelok dan masuk ke sebuah ruangan besar. Aku masih berjalan. Kami masuk ke ruangan berikutnya.

Di dalam ruangan itu, ada sepuluh tempat tidur. Aku memilih tempat tidur di tengah. Suasana di ruangan itu cukup ramai. Ada sesama pasien yang saling menyapa. Aku tidak mengenal siapa-siapa di sini. 

Perawat mendatangi kami satu per satu dan menyiapkan infus. Aku mulai terbiasa dengan tusukan jarum. Suara-suara di sekelilingku perlahan mereda. Semua orang sudah berbaring dengan selang infus terpasang di punggung tangan. 

Aku mengingat semua proses kemoterapi itu di dalam kepalaku. Di rumah nanti aku akan menuliskannya di buku jurnal. Aku juga menyempatkan mengambil beberapa foto dengan ponselku. 

Mataku mulai terasa berat. Sepertinya obatnya mulai bekerja. 

...


Ketika dokter memutuskan aku harus menjalani kemoterapi, aku mulai mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pengobatan itu, termasuk juga efek samping apa yang terjadi jika kemoterapi dilakukan. 

Sebelumnya aku hanya tahu satu efek saja, yaitu kebotakan. Seperti yang sering kulihat di film-film, penderita kanker selalu digambarkan mengalami kerontokan hebat dan berakhir dengan kepala plontos. Tentu tidak semua orang akan mengalaminya, menurut perawat, ada salah satu pasien yang tidak merasa mual atau muntah-muntah, sementara pasien lainnya muntah-muntah selama beberapa hari setelah proses kemoterapi. Ada yang menjadi botak, sementara yang lain tidak mengalami perubahan apa-apa di rambutnya. 

Apa yang akan terjadi padaku? Aku tidak keberatan menjadi botak untuk sementara waktu. Toh, pemerintah masih membatasi gerakan kami dengan aturan-aturannya. 

Lihat selengkapnya