Scenario

Auli Inara
Chapter #9

Chapter 9

“Dunia adalah panggung, semua orang hanya lah pemain, mereka keluar dan masuk, dan satu orang dalam kehidupannya memainkan banyak peran....”

“Bawa pulang aja!”

“Boleh?”

Dia mengengguk.

Dari As You Like It karya William Shakespeare.

“Sini aaak!”

Mulut kubuka, meloloskan sendok plastik dengan kedalaman hampir 2 cm dengan makanan yang memenuhinya. Makanan yang masuk pun ikut penuh di mulutku.

“Kehanyakan ihiii!”

“Makan dulu jangan ngomong!”

Aku menurut, lalu menelan kunyahan tarakhir. “Enak gak?”

“Emm.... gimana ya?”

“Gak usah mikir, bilang enak aja napa!”

“Gak bisa gitu!”

Cemberutku menyusul. Gio tak mengubris, hanya lanjut menyicipi makananku. Wajahnya serius sekali dalam menganalisis rasa. Mataku memicing fokus memperhatikan setiap gerak bibirnya selama mengunyah. Jantungku berdebar kencang lagi―tak dipungkiri rasa gugup menghampiri. Semakin memperhatikan mulutnya aku semakin berdebar. Bagai sadar dari hipnotis, aku menegakkan kepala lantas menggelang. Aku seperti sedang mengikuti lomba masak―atau ajang kerennya master chef. Tapi Gio bukan chef Arnold yang baby face tapi bermulut pedas―meski wujudnya bisa digambarkan begitu dengan sedikit jangkung dan mulut yang tak kalah pedas!

Bodo amat lah, menurutnya enak atau tidak toh aku tidak berencana akan menjadi istrinya―untuk saat ini tidak.

“Suka gak?” Aku mengubah pertanyaan.

“Gimana ya....” Dia tampak berpikir, tapi sedari tadi dia terus memakan masakanku. Aku maklum meski rasanya tidak jelas dia akan tetap menghabiskannya―bagaimana tidak, dia hanya makan sehari sekali, jadi apapun makanan yang masuk pasti enak.

“SUKA GAK?”

“Gak terlalu....”

“Ooh... gak terlalu ya, ya udah besok-besok gak aku masakin lagi.”

“Loh? Suka kok, suka-suka!”

“Udah gak usah bohong, sama aku jujur aja!”

“Gak gitu, ini enak loh! Enaaak bangett! Ini aja dikit lagi abis nih!”

“Kamu kan emang lagi laper aja!”

“Gak gitu sayang, sumpah ini enak banget!”

“Beneran?”

“Iya! Besok masakin lagi ya!”

“Males!!”

Gio mengambil sikap lurus, “Jadi gak mau masakin lagi karena malas?”

“Iya! Lagian uang bulananku bakal cepat abis kalau ngasih makan satu orang lagi! Ini aja tadi aku keluar lima puluh ribu buat beginian.”

Lihat selengkapnya