“AYO SEMUANYA SINI KITA FOTO BARENG!!”
“Ayok!” Dara menarik tanganku lagi.
Aku tak bergerak sama sekali, kakiku terpaku di tempat.
“Ayook!” Dara menarikku semakin kuat.
Aku melawannya, menarik diriku ke belakang.
“Ayook kita ke sana! Biar ku kasih pelajaran si Gio!”
Tanpa bicara aku tetap melawan tarikannya.
“Buruan lah ke sana!” Kasih ikut menarik tanganku, alhasil aku diseret oleh mereka.
Dara dan Kasih membawaku menyelip kerumunan yang bersiap berfoto, memposisikanku di belakang tepat antara Gio dan Iren. Awalnya terasa awkward, mereka berdua keluar dari kerumunan meninggalkanku, dan aku sadar mereka sengaja melakukannya.
Aku melirik tajam pada Gio dan Iren yang tepat di depanku. Hah...! Mereka tampak bahagia! Dengan ekspresi wajah masam aku menyilangkan tanganku, mengambil posisi lebih rapat. Seseorang yang memegang kamera bersiap untuk memotret. Aku berjinjit agar diriku lebih tampak.
“Oke siap ya, satu dua tiga!”
Dia memotretnya.
***
“Oli nih!”
“Ini apaan?” Dara mengalungiku kalung permen, lalu mengambil satu dan memakannya.
“Kalungnya King! Nyebelin banget si Gio, aku sentil tadi telingannya. Ini kalungnya aku rampas, kubilang buat kamu!”
Aku tertawa menanggapinya, mengambil satu permen dan memakannya. Kulihat Gio dari kejauhan, dia sedang sibuk melayani cewek-cewek yang ingin berfoto dengannya–cih... sudah berasa jadi selebriti dia.
Sudah lah aku capek untuk mengubrisnya lagi, lagi pula dia juga sudah bilang sebelumnya dan aku mengiyakan. Kasih terus mengajakku berfoto, aku mulai malas sebenarnya, namun aku tahu dia melakukannya agar perhatianku teralihkan dari Gio.
“Alright guys! Today I be the King, and... here’s she!”
Aku mengerutkan kening, Gio tiba-tiba datang dengan handphone yang sedang merekam video. Aku mendekat mencoba tersenyum pada kamera, aku jadi merasa tidak perlu menunjukkan kecemburuanku padanya. Dan aku senang karena dia sendiri yang menghampiriku.
“Yap ini dia si bocil kita!”
“Iih ngatain lagi!” aku mencubit perut Gio.
“Aww!” Dia lantas tertawa.
Dan aku membalas dengan wajah cemberut.
“Eh itu kalung aku kan?”
“Iya, Dara tadi ngasih ke aku!”
“Kamu dari mana aja sih? Eh, lo ya yang nyentil telinga gue tadi?”
“Enak aja gak ada kok!”
“Terus siapa dong?”
“Ya, gak tahu....” Aku mengangkat bahu. Dara lah yang melakukannya.
“Ya udah lah, let’s take the selfies! Oh ya, pasangin itu kalungnya dong!”
Aku membuka lingkaran kalung, berhadapan dengan Gio dengan jarak yang begitu dekat. Aku tatap wajahnya yang juga menatapku, dia megerutkan kening dan aku balas menggeleng lalu memasangkan kalungnya. Gio bantu merapikan rambutku dan aku balas tersenyum.
Aku menatap handphonenya yang hendak mengambil selfie.
“Say money!”
“Money??” tanyaku bingung.
“Yes, just say money!”
“Ookay....”
“Okee bareng-bareng ya! Satu dua tiga!”
“MONEY!!” teriak Gio dan aku bersamaan
Gio menunjukkan foto kita berdua, tampak kita tersenyum senang di sana.