Scenario

Nur Aisyah Z
Chapter #3

Part 2

Abriyan dengan gaya cool-nya melangkah ke arah kelas XI-IPA-2 sambil bersenandung ria, sepenggal lirik lagu dari band Armada yang berjudul pergi pagi pulang pagi itu menemaninya. Namun, karena kedatangan seorang gadis yang Biyan tebak adalah salah satu bidadari yang didatangkan Tuhan untuk menyapa pagi cerianya, membuat langkahnya terhenti di samping pintu kelas.

“Selamat pagi, Aurantiasya Naura Vinery!” sapa Abriyan dengan senyum manis lengkap dengan kedua lesung pipi yang menghiasi wajah menawannya.

Aura mengerutkan kening, mencoba memperhatikan Abriyan dari atas ke bawah. Mencari tahu apa yang membuat cowok ini menyapanya, tidak seperti biasanya mungkin sesekali tapi, Abriyan tidak pernah seaneh pagi ini.

“Kesambet lo By?”

Masih dengan senyum manis yang bertengger di wajahnya, Abriyan mendekat ke samping Aura. “Gak kok, gue gak lagi berteman sama tante kunti.”

Aura mendengkus. “Terus, ada sebab apa lo sok manis gini?” tanya Aura heran.

“Gue emang manis sih, banyak yang bilang gitu. Tapi, gue cuma mau nanya sama lo sih ….”

Aura menghela napas berat, menatap Biyan kesal. “Lo mau nanya apa?”

“Kenapa kemarin gak bales chat gue?” tanya Abriyan.

“Emang kemaren lo ada ya, nge-chat gue? Gak ada tuh notif nya,” jawab Aura santai. Sebenarnya dia sedikit kaget saat Biyan menanyakan itu, karena pasalnya Aura memang sengaja tidak membalas pesan dari cowok itu.

“Ada kok, atau hp lo … lo silent ya?”

“Iyain aja biar cepet,” jawab Aura malas.

“Pantesan, getarannya sampai ke hati gue,” ujar Biyan mengeluarkan jurus gombalannya.

Aura speechlees, tidak menyangka dia berhasil masuk dengan mulus dijebakan cowok sok kepedean ini. “Apaan sih lo? Gak lucu tau!” dengan wajah yang memerah tersipu malu, Aura langsung memasuki kelas mereka. Tidak ingin terjebak lagi dengan si cowok caper itu.

Abriyan tertawa, gemas sendiri dia melihat wajah malu tapi maunya Aura. Gadis yang sedikit mungil dengan mata bulat, dan juga memiliki lesung pipi di kedua pipi chubby-nya sama seperti dirinya itu, memiliki gaya tarik tersendiri bagi Abriyan. Terlebih, keduanya sudah sejak masih duduk di bangku menengah pertama telah bersama, mengenal keburukan dan kebaikan satu sama lain. Jadi, tidak canggung lagi baginya untuk menggoda Aura.

Dengan langkah santai Abriyan memasuki kelas, sambil menyapa satu persatu teman-temannya. Hingga melewati tempat duduk Aura. Sedikit menunduk Abriyan berbisik di telinga Aura, dan seketika wajah Aura kembali memerah.

“Woy Yan! Masih pagi! Anak orang jangan di gombalin mulu!” tegur Alan yang melihat kelakuan temannya itu. “lo gak liat apa? Tuh, wajah Ara merah gitu setelah di gombalin elu? Kasihan bro!”

Meledak tawa di dalam ruangan itu, Abriyan sampai mengeluarkan air mata sangking lucunya melihat wajah Aura. “Ya, sesekali aja Lan. Kapan lagi coba liat wajah secantik dewi yunani di depan mata?”

“Bise aja lu Yan ….”

Demi roti Kong Hua, Aura benar-benar mau tenggelam saja ini. Dasar Abriyan, tidak tahu semenderita apa dirinya sekarang gara-gara kelakuan buruk Abriyan itu. “Resek banget si lo pada! Gak pernah apa liat cewek cantik? Dari mana aja lo pada, baru tahu gue cantik. Kalo mau minta tanda tangan, ntar aja. Kalo sekarang gue lagi sibuk. Jadi, lo pada diem!” Wajah Aura yang tadinya masi malu-malu kucing, kini berubah menjadi galak, tapi tetap terlihat imut.

“Udah! Diem lo pada, gangguin teman gue aja.” Giska angkat suara, dia sedikit gemas dan kasihan melihat wajah memerah Aura.

“Bener tuh yang di bilang Giska, kalin diem aja deh, masih pagi. Jaga kelembaban rongga mulut kalian. Ntar kalau banyak ngomong sama tertawa, malah buat mulut kalian kering dan hawa nya jadi bau jigong. Iyuueh ….” dengan menambahkan sedikit teori abal-abal yang di miliki Alva, berhasil membuat teman-temannya bungkam.

Terlihat dari mereka mengecek bau nafas mereka sebentar lalu dengan perlahan mereka semua kembali ke tempat masing-masing dengan keadaan diam. See, mereka terlihat seperti anak kecil yang di dongengi dan langsung percaya. Ternyata umur tidak mencerminkan kedewasaan dalam mencerna sebuah perkataan. Giska dan Alva ber-tos ria sambil tersenyum sinis. Siapa suruh gangguin teman mereka.

Lapangan Ganesha Internatinal Hight School memiliki lapangan yang sangat luas, dengan pembagian 4 lapangan, untuk bola basket, voli, badminton dan lapangan senam. Setiap pelajaran olah raga, bisa sampai 3 kelas yang akan praktek lapangan. Seperti saat ini, kelas XI-IPA-2, XII-IPA-3 dan XI-IPS-2 yang kebagian untuk praktek pelajaran olahraga.

Aura sedang memasukkan seragamnya ke dalam loker, setelah tadi dia mengganti pakaian dengan seragam olahraga. Les pertama hari ini adalah pelajaran olahraga dan mood Aura berhasil hancur dibuatnya. Aura sangat malas mengikuti praktek olahraga. Menurutnya percuma saja, tidak akan mempengaruhi perkembangan tubuhnya, yang ada hanya membuat dia kebanjiran keringan dan mengeluarkan bau yang tidak sedap dan Aura benci itu. Ia melangkah dengan gontai ke arah lapangan yang sudah ramai, menyusul teman-temannya yang sudah membentuk barisan di sana.

“Ra! Muka lo kok kusut amat?” tanya Auliya heran, setelah melihat Aura mengambil tempat di sampingnya.

Lihat selengkapnya