Colli mengumpat kasar saat memandang jalanan basah karena air yang turun dari langit memdung. Celana olahraga yang dipakainya sampai lepek karena terkena cipratan air yang memantul dari daratan. Tangan Colli menutupi korek untuk menyalakan rokok di mulutnya.
Sekarang pemuda itu sedang duduk di warung pinggir jalan. Niatnya Colli ingin motoran keliling kota untuk mendapatkan udara segar sampai larut malam, tapi sial; hujan malah turun tanpa permisi. Lalu dengan sangat terpaksa Colli harus menepi di salah satu warung pinggir jalan untuk menghindari air hujan.
Colli mendesis sambil mengantongi koreknya kembali. "Kalau gak inget Greendo baru mandi, gue trobos ini hujan," rutuk Colli menyebut nama vespa hijau kesayangannya.
Colli mengembuskan asap ke udara terbuka kemudian asapnya langsung menghilang saat bertemu air yang deras. Pemuda beralis tebal itu mendecak sebal kemudian mendongak sambil mengernyit. "Lo pikir gue takut?!" ucapnya marah pada langit abu-abu yang menurunkan hujan.
Bukannya apa. Colli memang suka berlama-lama di luar rumah, kalau bisa gak balik ke rumah juga gak apa-apa, malah bagus. Tapi sekarang beda. Warung seperti ini harusnya banyak disinggahi oleh para sopir angkot, tukang ojek online, atau tukang becak. Tapi karena hujan warung ini jadi sangat sepi.
Colli jadi gak bisa main gaple.
Makanya Colli selalu benci sama hujan. Becek di mana-mana, semua tempat asyik jadi sepi. Yang paling menyebalkan adalah Colli gak tahan dingin. Kalau dingin biasa rokok aja cukup. Tapi kalau dingin kayak gini rokok aja gak cukup untuk menghangatkan tubuh, minimal harus ada mi kuah telur ditambah potongan cabai yang ujung-ujungnya dibuang karena Colli gak bisa makan pedes. Masalahnya sekarang Colli gak punya uang buat beli mi kuah. Sekarang aja dia cuman mampu beli akua gelas satu biji untuk formalitas.
Colli melempar puntung rokok ke jalanan ia memperhatikan api di ujung rokok yang langsung padam karena air. Cowok itu kembali mengeluarkan sebatang rokok dan membakar ujungnya.
Colli menghirup dalam-dalam rokoknya. Membuka mulutnya kecil, membiarkan asap berputar di dalamnya. Ia meniup asap itu pelan dengan mata yang fokus memandang jauh jalanan becek di depannya. Tak sadar ada seseorang yang mendekat dan tanpa aba-aba memukul lengan Colli.
Colli latah, tanpa sadar melepaskan rokoknya. Ia melotot kaget. Sedetik kemudian ia bergerak. "Huhuhu.... maapin Liel," ucap Colli jongkok menghadap rokok yang baru aja jatuh. Dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat, Colli menengadah dan menemukan wakilnya memakai pakaian santai dan membawa payung.
"Ini semua salah Syira," Colli kembali menunduk menatap penuh rasa bersalah pada rokok yang udah setengah basah.
"Apaan, sih, gila!" sungut gadis itu dengan wajah bengis. Colli yang masih berjongkok lantas mendongak. "Lo yang gila! Mubajir ini. Pernah diajarin gak kalau kita gak boleh mubajir!"
Syira Reina yang punya nama versi lucu; Cila itu mendengus sebal. "Liat bungkus rokok lo!"