School : Begin

A. Hadi
Chapter #11

11. Pak Gendut

Cila berjalan seorang diri menuju gerbang utama. Sekolah sepi karena udah sore. Ia baru selesai rapat. Cila menjadi orang terakhir yang meninggalkan Ruang OSIS karena ia bertugas mengunci pintu, itulah kenapa kini ia tinggal sendiri.

Kening Cila berkerut samar, ia melihat seseorang mengendarai vespa hijau dengan helm berwarna serupa sedang berputar-putar di dekat Mushola. "Lama amat!” tegur orang itu yang jelas pada Cila karena tak ada manusia lagi selain mereka berdua.

Kening Cila makin mengernyit dengan langkah ragu akibat heran.

“Mau bareng gak?”

Cila mendengus saat tau bahwa itu hanya seorang Colli yang kurang kerjaan, padahal dia Ketua OSIS, para anggotanya sedang mengajukan proposal untuk acara bulan depan. Tapi.... Jangan ditanya! Colli cuman bagian tanda tangan.

Cila melengos, tak mengacuhkan Colli. Ia lebih memilih membuka hape untuk memesan ojek online. Colli tak menyerah. Ia segera menggiring Greendo ke depan Cila sampai ujung sepatu Cila terlindas sedikit oleh ujung roda Greendo.

“Ups... ketabrak. Makanya kalau jalan jangan sambil main hape,” kata Colli menggoda. Mendengar itu Cila pun melirik tajam, tapi Colli tak sadar.

“Lagi ngapain?” Colli mengangkat kepala, berubaha mengintip layar hape Cila, kemudian ia mendesah meremehkan. “Ngapain naik ojek? Mending bareng gue aja,” ucap Colli memaksa.

Cila hanya mendelik dan enyah dari hadapan Colli yang masih bertengger di atas vespa serba hijau tersebut. Cila duduk di bangku tunggu di pos satpam, Pak Gendut gak ada di sana, mungkin ia sedang sibuk mukbang cilok Bang Mail yang legendaris itu.

Cila mendengus melihat Colli sedang menelepon—tandanya bahwa Colli tak mengejarnya ke pos satpam. Jangan salah, gini-gini Cila tetap anak cewek.

Tak lama Cila melihat ada sebuah motor berhenti di depan gerbang sekolah. Tidak salah lagi itu pasti ojek online. Cila langsung bangkit, menghampiri ojek itu yang langsung disambut dengan pertanyaan basa-basi berupa, “Neng Syira Reina?” Setelahnya Cila pergi bersama ojek online yang dipesannya.

Di sisi lain, Colli yang baru mematikan sambungan teleponnya dan mendesah pasrah. Baru aja ia mau mengejar Cila tapi gadis itu udah cabut lebih dulu. Colli mengumpat. Coba aja adik sepupunya, Raga tidak menelepon hanya untuk meminta dibelikan martabak, pasti sekarang Colli lagi nganter Cila.

Ini pasti hanya akal-akalan Raga supaya Colli pulang.

Colli bengong di tempat, ia memikirkan kenapa Raga secara halus menyuruhnya pulang cepat. Ia khawatir di rumah sedang ada sesuatu, entah seperti makan malam bersama ataupun acara kumpul keluarga yang selalu diadakan dadakan supaya Colli gak ada alasan kabur—itu alasannya Colli sangat ingin lepas dari benda yang disebut gawai.

Setiap ada kumpul keluarga, Colli selalu merasa terabaikan. Semua sepupu datang bersama orang tua, ada tempat mengadu ketika merasa bosan mendengar celoteh kakek. Tapi tidak dengan Colli. Ia selalu sendiri.

Biasanya hanya kakek yang ada di sisi Colli saat kumpul keluarga. Hal itu tidak terdengar bagus. Karena kakek tidak melihat Colli sebagai cucu kesayangan, melainkan penerusnya kelak.

Harapan Colli hanya; kakek bisa melihat Colli sebagai dirinya sendiri. Sebagai seorang Cholliel Samudra yang biasa dimaki-maki sama teman-teman karena kelakuan gak tau diri.

Tapi itu mustahil bukan? Kakek ingin Colli menjadi penerusnya. Ini bukan karena Colli disayang, justru karena Colli diasingkan. Beban sebagai kepala yayasan bukan perkara mudah, dan kakek ingin Colli menanggung itu.

Lihat selengkapnya