School : Begin

A. Hadi
Chapter #16

16. Wow Bodoh

Colli merenggangkan tubuhnya di depan Ruang Kepala Sekolah. Tangannya masih memegang proposal yang baru saja ia ajukan, harusnya proposal itu diajukan sejak beberapa hari lalu, tapi karena Colli dan Cila saat itu terkena hujan maka proposal itu ikut kena imbas. Untungnya Cila sadar kalau ada kekurangan dari proposal itu, jadi tidak ada salahnya membuat yang baru. Dan hari ini urusan proposal sudah tuntas.

Tak lama, Cila juga keluar dari Ruang Kepala Sekolah. Colli pun langsung memberikan kembali proposal di tangannya, namun tak langsung diterima oleh Cila karena tiba-tiba ada telepon masuk ke hape Cila.

Colli hanya diam memperhatikan perubahan ekspresi Cila setelah mendengar suara di seberang sana. Raut wajah Cila yang biasanya datar, kini terlihat panik dan cemas bercampur aduk.

"Bang Ical kecelakaan." Setelah Cila berkata demikian, Colli baru menyadari bahwa tubuh gadis itu bergetar. Colli memegang kedua bahu Cila, "Kita ke sana sekarang," ucap Colli. Lalu Colli menuntun Cila menuju Ruang Piket untuk mendapat surat izin.

Dalam waktu kurang dari lima menit Colli telah melakukan banyak hal; Mengisi surat izin, mengantar Cila ke gerbang, memberikan surat izin ke kelasnya dan kelas Cila, memesan ojek mobil, kembali ke gerbang di mana Cila menunggu, dan menuntun Cila masuk ke mobil.

Di dalam mobil tubuh Cila bergetar, ia hanya mampu menautkan kedua tangannya dengan perasaan gelisah. Colli meraih tangan Cila, menggenggamnya, mencoba menenangkannya.

"Ayah meninggal karena kecelakaan waktu kerja. Terus sekarang, Bang Ical... Gue takut.."

"Tenang dulu, sekarang kita cuman bisa berdoa semoga kecelakaan itu gak fatal," ucap Colli sebisa mungkin menenangkan.

"Tapi gue takut!" hentak Cila dengan mata berkaca-kaca. Tangan Colli terulur ke belakang kepala Cila. Secara naluri Cila hanya mampu bersandar pada Colli sambil menangis.

Colli mengusap rambut Cila. "Jangan berpikir yang jelek dulu. Abang lo sayang sama lo, sama Ibu lo, dia gak mungkin ninggalin lo secepat itu," kata Colli. Sementara Cila masih menangis tanpa suara di pundak Colli. Colli memejamkan mata, ia menunduk, memanjatkan doa. Semoga lo gak ngerasain kehilangan lagi.

•••

"Heee?? Adeknya abang bolos sekolah?"

Cila datang dengan wajah sembab, sementara Faisal Reihan, dia terlihat baik-baik saja. Ical malah menampilkan senyum lima jari menyambut kedatangan adiknya, padahal keadaannya ia sedang duduk di ranjang rumah sakit dengan perban di dahi. Tapi Ical sama sekali gak keliatan sakit. Cila jadi nyesel udah nangis-nangis lebay buat hal semacam ini. Udah mana Cila nangis di pundaknya Colli. Malu-maluin.

"Tuhkan dia gak kenapa-kenapa," celetuk Colli yang mengekor Cila mendekat pada ranjang Ical. Mendengar itu, lantas Ical melotot tak terima. "Lo buta? Liat nih jidat gue! Lagian lo ngapain dateng sama adek gue?" tanya Ical, ia pun melirik adiknya dan baru menyadari bahwa wajah adiknya sembab. "Lo nangis?!" pekik Ical kaget.

Cila mendeceh, membuang wajah. "Gara-gara siapa?!" balasnya kesal.

Ical melirik Colli, "Lo ya?!!"

Buru-buru Colli menggeleng, menampilkan gelagat menyangkal. Lalu, mata Ical baru menyadari lagi bahwa seragam Colli terlihat basah di daerah bahu. Ical menutup mulutnya, "Jadi kalian pacaran!?"

"BUKAN!" "ENGGAK!" jawab keduanya barengan tapi gak kompak.

"Cih," Cila kembali membuang muka, "Gue mau beli minum dulu," pamitnya keluar. Sedangkan Colli cuman memasang tampang dongo melihat kepergian Cila.

"Cholliel," panggil Ical tiba-tiba. Colli pun tersentak, sebab sangat jarang ia dipanggil dengan nama aslinya selain oleh guru.

Ical tersenyum tipis, "Makasih, ya."

"Ya?" sahut Colli telmi, masih dengan tampang oon.

Lihat selengkapnya