School : Begin

A. Hadi
Chapter #18

18. Malam Hujan, Angkat Jemuran!

Sejak sore sampai malam hari ini hujan turun makin deras saat Cila bersama Ical dan ibunya tengah makan malam dengan kari dari prasmanan kantin di kantor Ical siang tadi.

Ical menengadah, ia melirik jendela di ruang tamu yang tak jauh dari meja makan. "Hujannya makin deras," asumsinya dari suara yang makin terdengar gaduh.

"Di mana Koko?" tanya ibu Cila baru menyadari ada yang kurang dari anggota keluarganya. "Masih di luar kali," sahut Ical. "Coba cari, dek!" ujar Ical menyuruh adiknya yang baru saja selesai makan.

Cila mendengus sebal, tapi tetap memeriksanya ke luar.

Benar saja hujan sangat lebat ditambah lagi angin, terbukti dengan Cila yang baru membuka pintu langsung disambut oleh tempias hujan yang membasahi sebagian tubuhnya.

"Koko.." panggil Cila menyebut nama kucing kesayangan ibunya. Cila menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan kucing belang tiga itu. Namun bukannya menemukan keberadaan seekor kucing, Cila malah menemukan sesosok manusia yang duduk di depan pagar rumah.

Cila menyipitkan matanya karena sulit melihat dengan jelas di tengah keadaan hujan lebat yang diberangi angin seperti sekarang. Yang dapat diidentifikasi oleh Cila adalah sebuah motor vespa berwarna hijau terparkir di dekat sosok tersebut. Ia merasa tak asing.

"Vespa hijau.." Cila membelalak, "Liel!"

Langsung saja Cila berlari menghampiri Colli. Ia membuka pagar rumah dan langsung menyentuh kedua bahu Colli. Tubuh Colli telah basah kuyup, bahkan bibirnya super pucat serta giginya menggelatuk dengan tubuhnya yang gemetar hebat.

"Liel!" panggil Cila. Colli menunduk memeluk dirinya sendiri dengan jemari tangan kanannya mengapit sebatang rokok yang basah, sedangkan tangan kirinya menggenggam korek gas.

Bruk

Akhirnya tubuh Colli tumbang.

"Cila! Lo ngapain?" Suara Ical yang berteriak dari pintu rumah terdengar. Cila menoleh dengan wajah panik akan keadaan Colli saat ini. Melihat itu, lantas Ical buru-buru menghampiri Colli dan Cila.

•••

Kening Colli berkerut bersamaan dengan suara desis yang rilis dari mulutnya. Ia segera membuka mata dan mendapati langit-langit ruangan yang asing baginya.

"Akhirnya lo bangun setelah dua tahun."

Lihat selengkapnya