Hari itu hujan deras turun. Anehnya tak ada satu pun suara yang masuk ke indera pendengaran Colli. Padahal angin kencang menerpa wajah Colli, getaran dari petir pun terasa. Namun tak satu pun suara yang bisa Colli dengar.
Perlahan Colli melangkah keluar dari tempat teduh. Kembali ada keanehan. Rintik hujan yang berjumlah jutaan itu tak mengenai Colli setetes pun, padahal angin mengenainya.
Colli tidak bisa mendengar, tapi entah bagaimana ia dapat menyadari ada seseorang yang memanggilnya dari belakang. Secara naluri pun ia menoleh ke belakang.
Tempat teduh di mana tadi ia berdiri, kini menjadi sebuah rumah. Rumah itu terlihat terang karena disinari matahari, seolah Colli melihatnya saat cuaca terik, padahal kenyataannya kini hujan turun.
Mata Colli melirik dua orang dengan wajah buram berdiri di teras rumah itu. Salah satunya membuka mulut, tapi Colli tak bisa mendengar suaranya akibat hujan. Ah, bahkan hujan kini tak bersuara.
Colli membuka mulut, "A.."
Colli tersentak. Ia memegang lehernya. "Akh.." Sekali lagi ia berusaha mengeluarkan suara.
Ada sesuatu yang mengganjal. Suara Colli enggan keluar, bahkan ia lupa hendak mengatakan apa.
Penampakan rumah dan dua orang itu perlahan menjauh. Tangan Colli terulur, ia tak tahu siapa mereka karena wajahnya buram, namun batin Colli mengatakan jangan sampai mereka pergi.
"Tu.." Suara Colli masih tak bisa keluar. Mata Colli mulai berkaca-kaca, ia tak ingin penampakan itu pergi. Tanpa sadar kaki Colli melangkah menuju penampakan itu.
Namun tapaknya tak berpijak di daratan, lebih tepatnya daratannya berubah menjadi portal hitam yang membuat Colli masuk ke dimensi yang penuh dengan warna hitam.
Suara-suara yang tak asing mulai terdengar berbisik, membuat dada Colli merasa tak nyaman.
"Dia gak punya nama keluarga."
"Berarti dia bukan keluarga kita?"
"Ssst, nanti dia denger!"
Colli menutup telinganya, namun suara-suara itu malah makin terdengar jelas. Colli menutup matanya, menggelengkan kepala menolak kata-kata dari suara yang muncul.
"Orang tuanya pergi, dia jadi tinggal sama Mas Surya."
"Padahal numpang, tapi katanya dia minta dibeliin motor."