"Maaf mengganggu," ucap Raga. Pemuda itu menunduk merasa tak enak hati karena menyela waktu istirahat seseorang yang hendak menikmatinya di kantin bersama teman-temannya.
"Bang Liel.. di tempat lo... gak?" tanya Raga ragu-ragu. Pasalnya yang sedang menjadi lawan bicaranya adalah Putra, yang tak lain seharusnya adalah kakak kelas bagi Raga. Didikan untuk menghormati orang yang lebih tua lebih dari apapun, sudah tertanam dalam benak Raga. Meskipun Putra dan Raga berada di tingkat yang sama, tetap saja perasaan segan itu ada. Rasanya gak enak bicara santai dengan Putra.
Putra melirik Raga yang lebih pendek darinya, ia melihat ada sebulir peluh di pelipis pemuda manis itu. Mungkin karena terlalu khawatir dengan Colli, mungkin juga karena terlalu tegang bertatap muka dengan Putra.
Bersamaan dengan mulut Putra yang mulai terbuka untuk menjawab, Cila dan Putri baru saja turun dari tangga. Mata Putra bertemu dengan mata Cila, ia menangkap isyarat dari Cila. Kemudian secara kilat Putra melirik gadis pendek yang bergelayut di lengan Cila, gadis itu menatap Putra dengan begitu tajamnya tapi Putra gak peduli banyak, ia memilih kembali menatap Raga.
"Gak ada," jawab Putra singkat.
Raga tersentak. Cukup mengejutkan karena biasanya saat Colli tidak pulang berhari-hari, Colli selalu menginap di tempat Putra. Dengan cepat Raga mengubah ekspresinya, ia tertawa canggung, "Berarti di rumah Kak Bintang atau Kak Hoshi, ya?"
Putra menghela napas, ia menggeleng lemah dengan wajah putus asa. Membuat Raga kian terkejut.
Putra, Bintang, dan Hoshi adalah teman-teman yang paling dekat dengan Colli karena mereka udah saling kenal dari masa orientasi. Tapi jika Colli tidak di tempat ketiga orang itu, adakah tempat yang bisa Colli datangi lagi?
Jika masalahnya hanya menghindari acara kumpul keluarga, masih dapat diterka estimasi waktu ke-tidak-pulang-an Colli. Tapi kali ini berbeda, masalahnya lebih serius dan sangat menyakiti perasaan Colli. Ini bukan sekedar tidak pulang seperti biasanya, ini adalah kabur dengan perasaan kecewa dan kesedihan yang mendalam.
Meskipun ayah Raga mengatakan untuk tidak mencari keberadaan Colli, karena menurut beliau, Colli membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri dan menerima kenyataan. Tapi Raga tak tenang jika ia tak mengetahui di mana keberadaan kakak sepupunya itu. Belum lagi Colli sangat tidak kuat dingin, jadi mungkin saja saat ini Colli sedang demam karena hujan lumayan sering turun. Bahkan ibu Raga menangis karena ketakutan. Takut Colli seperti orang tuanya. Hilang kemudian berpulang. Walaupun itu terlalu berlebihan, tapi tetap saja mampu menimbulkan perasaan khawatir.
Raga berjanji pada dirinya sendiri, pada Tuhan, jika ia mengetahui keberadaan Colli, ia tak akan meminta Colli pulang seperti biasanya. Ia hanya ingin tahu di mana Colli dan keadaan Colli. Jika memang Colli sudah lelah hidup di lingkungan keluarga besar, jika memang Colli ingin lepas dari keluarga besar, jika memang Colli ingin pergi, maka Raga akan tetap mendukung. Bagaimanapun Raga sangat menyayangi kakak sepupunya itu, Raga ingin menunjukkan bahwa ia berada di pihak Colli.
Jadi gue mohon, siapapun, kasih tau gue Bang Liel di mana. Gue gak akan minta lebih.
•••