School : Begin

A. Hadi
Chapter #22

22. Gak Ada yang Bisa Berubah

"Haaah...."

Putra menghela napas keras-keras. Jelas sekali ia merasa frustrasi akan tingkah temannya yang satu ini. Putra paham betul ada sesuatu yang sangat mengganggu Colli selama ini. Sesuatu yang krusial menyangkut keluarga yang selalu Colli tutupi rapat-rapat.

Sewaktu tahun pertama SMA, percaya atau tidak, Colli adalah anak yang pendiam dan memancarkan aura gloomy, seolah Colli menolak semua orang. Memang pada waktu itu Putra tidak ada di dekat Colli, namun Putra sering menerima telepon dari teman-temannya yang melaporkan keadaan satu sama lain.

Memasuki semester genap, barulah Colli terlihat melepaskan aura gloomy di sekitarnya. Kemudian secara perlahan ia membuka diri sampai menjadi pribadi yang tengil seperti yang dikenal sekarang. Tapi tetap saja Colli gak bisa disenggol perihal keluarga.

Dari awal Putra bertemu Colli, Putra telah menyadari bahwa Colli tengah berperang dengan pikirannya sendiri. Namun Putra tidak dapat membaca pikiran orang lain, Putra hanya mampu menunggu sampai Colli secara terbuka menyampaikan pikirannya.

Tapi sepertinya khayal Putra terlalu jauh, karena sampai detik ini pun Colli tetap terlihat enggan menceritakan sesuatu yang sangat membuat dirinya tertekan sedemikian rupa.

"Lo mau di sini sampe kapan?" tanya Putra sekali lagi berusaha mendapat jawaban dari Colli.

"Gak tau," jawab Colli acuh tak acuh.

"Setelah lo begitu ke Cila?"

Colli tersentak, ia baru sadar atas tindakan buruknya barusan. Colli kembali tiduran sambil menutup seluruh tubuh dengan selimut.

"Lo mau sampai kapan begini? Sampai kapan lo menghindar?" tanya Putra mendekat dan duduk di pinggir kasur dengan posisi memunggungi Colli.

"Dari awal gue liat lo, gue udah sadar kalau lo tengah berperang dengan pikiran lo sendiri. Liat lo saat itu mengingatkan gue pada diri gue sendiri sewaktu belum menerima kenyataan kalau gue sebatang kara dan gak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Saat gue sadar bahwa orang tua tiri gue itu terlalu muda dan itu aneh di mata orang-orang. Juga saat gue sadar kalau gue secara tidak langsung menghalangi kebahagiaan orang tua tiri gue."

Lihat selengkapnya