Setelah dialog Colli dengan Putra di rumah Cila, dua hari setelahnya—tepatnya saat Colli sembuh, Colli memutuskan untuk pindah ke tempat Putra. Di tempat Putra, Colli berdiskusi dengan Bintang, Hoshi, dan tentu saja Putra perihal masalahnya. Colli ingin mendengar respons dari teman-temannya.
Esoknya Colli meminta Putra untuk memanggil Raga ke tempat Putra. Ia ingin mendengar segalanya dari sudut pandang Raga dan meminta maaf atas tingkahnya yang keterlaluan selama ini. Tak sampai di situ, Colli juga menyusun rencana untuk berbicara pada Om Surya bersama Raga dan Putra.
Seminggu kemudian barulah Colli kembali ke rumah Om Surya dan menghadap pamannya itu. Selama seminggu itu, Colli tetap bersekolah sambil menyibukkan diri dengan persiapan acara yang tinggal menghitung hari. Selama seminggu pula, Colli selalu mengoper tugas untuk menghadap Kepala Sekolah.
Suatu hari OSIS rapat bersama dengan ekskul lain yang terlibat. Colli ingin mendiskusikan perihal kepastian acara tambahan untuk meramaikan sekaligus mewakili ritual Hari Valentine pada umumnya. Tak lupa rapat pengarahan untuk menjelaskan jobdesk masing-masing kepanitiaan, baik OSIS maupun ekskul lain yang menjadi relawan agar tak terjadi miskom saat hari H nanti.
Colli terus menyibukkan diri sampai ia tak sadar bahwa seminggu telah berlalu, kini waktunya untuk membicarakan segalanya pada Om Surya, dan kebetulan saat itu kakek sedang mengunjungi rumah Om Surya.
Oleh sebab itu pada H-1 menuju acara, Colli merasakan kelegaan. Ia merasa semua aura buruk di dirinya telah hilang. Ia merasa menjadi pribadi yang lebih baik saat telah mengutarakan pikirannya pada Om Surya dan juga kakeknya.
"Syira!" panggil Colli mendekat dari arah samping. Cila yang sedang memandang lapangan di bawah dari koridor kelasnya hanya mengangguk sebagai respons.
Colli berdiri tepat di samping Cila, ia memegang tembok pembatas sambil senyum-senyum gak jelas. "Makasih banyak, ya, La, buat selama ini. Lo udah jadi wakil yang sabar banget."
"Sama-sama," jawab Cila cuek khasnya.
Colli menyambung cepat. "Apalagi buat beberapa waktu belakangan ini. Lo banyak bantu gue. Putra juga. Bintang juga. Hoshi.. enggak, dia sibuk pacaran. Tapi tetap, gue sangat berterima kasih buat kalian semua. Gue minta maaf, ya, La, selama ini gue gak bener."
Cila mengangguk. "Udahlah, gue geli."
"Kalau gue boleh jujur. Wajah lo itu mirip ibu gue. Selama ini gue gampang ke-trigger tiap kali liat lo, tapi sekarang gue harus sadar kalau lo adalah lo dan ibu gue adalah ibu gue. Kalian jelas berbeda."
"HAHAHA sumpah masa lo berniat daftarin foto beginian!!" Suara cempreng milik Putri yang baru keluar kelas bersama Dewa, membuat Colli dan Cila menoleh kompak.
"Cil, Cil, lo harus liat ini sih!!" Putri masih tertawa karena suatu potret di kamera yang Dewa bawa.
Colli sadar bahwa kini waktunya untuk pergi pun segera pamit undur diri. Cila melihat pemuda yang berjalan di koridor menuju kelasnya. "Besok jangan bolos!" peringat Cila, karena besok hari H.
"AAAKH!" pekik Dewa yang lehernya tertarik karena Putri yang membawa paksa kamera yang talinya dikalungkan di leher Dewa. "Cila liat ini!!" paksa Putri menyodorkan kamera Dewa ke depan wajah Cila.