Semua kelas telah dibagikan kertas sesuai dengan jumlah murid yang berada di dalam kelas. Dan banyak kelas yang jam kosong alias gak ada guru, banyak pula murid yang tidak sekolah karena emang tanggung banget masuk sekolah kalau cuman sampai jam sepuluh. Kenapa sekolah berat hati banget liburin anak-anaknya sehari aja? Gak suka banget lihat muridnya bernapas bebas tanpa harus terkekang dengan seragam dan absensi.
Kertas masih banyak yang tersisa, entah karena terlalu banyak murid yang tidak masuk atau memang Cila yang menyediakannya kebanyakan.
Una yang bertugas memegang kertas sibuk memeriksa hapenya, kemudian pamit undur diri karena katanya kelasnya kedapatan makanan gratis. Padahal mereka berdua tengah menuruni tangga menuju lantai dua alias menuju kelas masing-masing. Tapi akhirnya, Yongki jadi membawa kertas-kertas dan melangkah santai menuruni tangga sendirian.
Setibanya di kelas, guru yang tadinya ada di kelas saat Yongki penyuluhan kini sudah tak ada, menyisakan tulisan besar di papan tulis yang memberitahukan bahwa ada tugas untuk pertemuan selanjutnya. Yongki segera menghampiri kursinya dan memasang pengingat di hapenya. "Sepi amat?" tanya Yongki pada Bintang yang duduk di dekatnya.
Bintang menengadah sambil menutup buku pelajarannya dan menghadap Yongki. "Untung lo ajak ngobrol gue, kalau gak, udah bablas gue belajar," ucap Bintang tak nyambung. Tapi Yongki sudah terbiasa. Gak jarang Yongki memang menjadi alarm untuk Bintang yang hobi belajar sampai lupa waktu.
"Ada yang ke ruang guru buat ngumpulin tugas kemarin, ada juga yang di ruang ekskul," jawab Bintang sembari memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas.
"Ada ekskul?" respons Yongki baru tahu.
"Iya, Boy tadi langsung ke Ruang Klub Radio bareng sama guru keluar, paling gak lama lagi kedengaran suaranya," terang Bintang menyebut salah satu teman akrab Yongki juga. "Sayang banget radio kita cuman sebentar dan cuman kadang-kadang doang. Ditambah lagi gak bisa request lagu, jadinya kalau lagi jam bebas begini bosen," dumel Bintang sendiri.